Tampilkan postingan dengan label darah syuhada. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label darah syuhada. Tampilkan semua postingan

Minggu, 21 November 2010

RISALAH IMAM SYAHID HASAN AL-BANNA

Adalah sebuah risalah masa lalu yang penuh kobaran semangat jihad, untuk
generasi hari ini yang tengah bergejolak dan dilanda kegelisahan…
Sebuah bekal hari ini yang sarat tuntutan,
Untuk masa depan yang penuh cahaya…
Wahai para pemuda,
Wahai mereka yang memiliki cita-cita luhur
Untuk membangun kehidupan…
Wahai kalian yang rindu akan kemenangan agama Allah…
Wahai semua yang turun ke medan,
Demi mempersembahkan nyawa di hadapan Tuhannya…
Disinilah petunjuk itu, di sinilah bimbingan...
Di sinilah hikmah itu, disinilah kebenaran…
Di sini kalian dapati keharuman pengorbanan
Dan kenikmatan jihad…
Bersegeralah bergabung dengan parede bisu…
Untuk bekerja di bawah panji penghulu para nabi…
Untuk menyatu dengan pasukan Ikhwanul Muslimin…
"Sehingga tidak ada lagi fitnah di muka bumi dan agama
seluruhnya milik Allah."


Ikhwanul Muslimin
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya.
Kami ucapkan salam Islam, salam dari sisi Allah yang penuh berkah dan kebaikan,
"Assalaamu'Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh."
Wahai Ikhwanul Muslimin!
Wahai umat manusia seluruhnya.
Suara jeritan ini; yang berkumandang dari relung tragedi kemanusiaan yang getir
dan memilukan; yang lahir dari rahim kegelapan zaman ini, di arus kehidupan yang
memancar dari teriakan prihatin seluruh alam; yang dibawa oleh gelombang lembut
menyelusup ke berbagai penjuru kehidupan; yang dapat mematikan secara mengejutkan
segala impian, janji-janji, dan fenomena yang menipu serta penuh kepalsuan;
Mendorong kita untuk terjun dengan dakwah ini…
dakwah yang tenang, namun lebih gemuruh
dari tiupan angin topan yang menderu…
dakwah yang rendah hati, namun lebih perkasa
dari keangkuhan gunung yang menjulang…
dakwah yang terbatas, namun jangkauannya
lebih luas dari belahan bumi seluruhnya…
Ia sepi dari prilaku yang menipu, dan gemerlap yang penuh dusta. Sebaliknya, ia
dikemas oleh keagungan hakikat, keindahan wahyu, dan pemeliharaan Allah.
Ia bersih dari berbagai kerakusan nafsu dan kepentuingan pribadi. Oleh karenanya,
ia mampu melahirkan putra-putra generasi yang percaya padanya dan tulus bekerja
untuknya; yang memandu tertegaknya bangunan di bawah naungan dakwah yang
pertama…
Wahai Ikhwanul Muslimin!
Wahai manusia seluruhnya.
Dangarlah suaranya yang bergemuruh, yang disambut oleh seruan para da'i
setelahnya sebagaimana teriakan dakwah sebelumnya;
"Wahai yang berselimut, bangun dan berilah peringatran. Dan Tuhanmu maka
agungkanlah."
Bersamaan dengan itu berkumandang pula firman-Nya,
"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik." (Al-Hijr: 94)
Dan wahyu senantiasa menyeru seluruh umat manusia dengan seruan,
"Katakanlah, 'Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu
semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; Tidak ada Tuhan selain
Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, 'maka berimanlah kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimat-Nya (Kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat
petunjuk," (Al-A'raf: 158)
Di mana posisi kita berhadapan pesan-pesan Islam ini?
Wahai Ikhwanul Muslimin!
Wahai manusia seluruhnya.
Sesungguhnya Allah swt. telah membangkitkan untukmu seorang pemimpin, telah
menggariskan bagimu aturan, telah menjelaskan kepadamu hukum-hukum, menurunkan
untukmu sebuah Kitab, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram,
membimbingmu menuju kebaikan dan kebahagiaan, serta menunjukimu ke jalan yang
lurus. Adakah kamu telah mengikuti pemimpin itu, kamu hormati aturannya, kamu
praktekkan hukum-hukumnya, dan kamu sakralkan Kitab yang dibawanya? Sudahkah
kamu halalkan yang ia halalkan dan kamu haramkan yang ia haramkan?
Berterus teranglah menjawab pertanyaan tersebut, niscaya akan kamu jumpai
hakekat yang jelas dihadapanmu.
Seluruh aturan yang engkau jadikan pijakan dalam setiap urusan hidupmu adalah
aturan buatan manusia belaka; yang tidak ada hubungannya dengan Islam; tidak digali
dari sumber nilai Islam dan tidak pula disandarkan kepadanya.
Undang-undang yang mengatur urusan dalam negerimu, peraturan yang mengatur
hubungan negaramu dengan negara lain (baik bilateral maupun multilateral), undangundang
peradilan, undang-undang pertahanan keamanan dan militer, sistem ekonomi
(baik menyangkut ekonomi negera maupun personal), sistem pendidikan, bahkan
undang-undang perkawinan dan kerumahtanggaan serta sistem perilaku personal, juga
mentalitas umum para pejabat dan rakyat serta berbagai fenomena kehidupan yang
dilahirkannya, semua itu adalah sistem dan undang-undang yang jauh dari nilai-nilai
Islam.

KEPADA PARA PEMUDA DAN SECARA KHUSUS KEPADA PARA MAHASISWA

Bismillahirrahmanirrrahim
"Katakanlah, 'Sesunguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu satu hal saja,
yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri,
kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikit pun pada
kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum
(menghadapi) adzab yang keras.' Katakanlah, 'Upah apapun yang aku minta kepadamu,
maka itu untuk kamu. Upahku hanyalah dari Allah. Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu.' Katakanlah, 'Sesungguhnya Tuhanku mewahyukan kebenaran. Dia Maha
Mengetahui segala yang ghaib.' Katakanlah.'Kebenaran telah datang dan yang batil itu
tidak akan memulai dan tidak pula akan mengulangi.'Katakanlah, 'Jika aku sesat maka
sesunggunya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri, dan jika aku mendapatkan
petunjuk, maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku.
Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Mahadekat." (Saba': 46-50)
Wahai pemuda!
Saya panjatkan puji ke hadirat Allah, yang tiada Tuhan melainkan Dia. Semoga
sholawat dan salam tetap tercurah kepada Muhammad, Imam para pembaru dan penghulu
para mujahid; keluarga; sahabat; dan para tabi'in.
Wahai pemuda!
Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat
rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin bersemangat
dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam
mewujudkannya. Sepertinya keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat, dana amal
merupakan karekter yang melekat pada diri pemuda, karena sesungguhnya dasar
keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertaqwa,
dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang
kuat. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda.
Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar
kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Dalam
setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya.
"Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan
mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk." (Al-Kahfi: 13)
Beranjak dari sini, sesungguhnya banyak kewajiban kalian, besar tanggung jawab
kalian, semakin berlipat hak-hak umat yang harus kalian tunaikan, dan semakin berat
amanat yang terpikul di pundak kalian. Kalian harus berpikir panjang, banyak beramal,
bijak dalam menentukan sikap, maju untuk menjadi penyelamat, dan hendaklah kalian
mampu menunaikan hak-hak umat ini dengan sempurna.
Ada di antara pemuda yang tumbuh dalam situasi bangsa yang dingin dan tenang,
di mana kekuasaan pemerintah telah tertanam kuat dan kemakmuran telah dirasakan oleh
warganya. Sehingga pemuda yang tumbuh dalam suasana ini aktifitasnya lebih banyak
tertuju kepada dirinya sendiri daripada untuk umatnya. Dia pun kemudian cendrung
main-main dan berhura-hura karena meresa tenang jiwanya dan lega hatinya.
Ada juga pemuda tumbuh dalam suasana bangsa yang keras dan bergejolak, di
mana bangsa itu sedang dikuasai oleh lawannya dan dalam semua urusan diperbudak oleh
musuhnya. Bangsa ini berjuang semampunya untuk mengembalikan hak yang dirampas,
tanah air yang terjajah, dan kebebasan, kemuliaan, sarta nilai-nilai agung yang hilang.
Saat itulah kewajiban mendasar bagi pemuda yang tumbuh dalam situasi seperti ini
adalah berbuat untuk bangsanya lebih banyak dari pada berbuat untuk dirinya sendiri.
Jika ia lakukan hal itu, ia akan beruntung dengan mendapatkan kebaikan segera di medan
kemenangan dan kebaikan -yang tertunda- berupa pahala dari Allah swt.
Barangkali, merupakkan suatu keberuntungan bagi kita bahwa kita termasuk
pemuda kelompok kedua (yang dibesarkan dalam situasi keras dan bergejolak). Oleh
karena itu, kedua mata kita pun terbuka di hadapan sebuah umat yang terus berjihad dan
berjuang untuk mendapatkan hak dan kebebasannya. Bersiap-siaplah wahai para tokoh!
Sungguh, alangkah dekatnya kemenangan bagi kaum mukminin dan alangkah besarnya
keberuntungan bagi para aktifis yang tak hanti berjuang.
Wahai pemuda!
Barangkali ancaman yang cukup berbahaya pada bangsa yang mau bangkit -dan
kita sekarang di fajar kebangkitan- adalah munculnya beragam isme, banyaknya seruanseruan,
warna-warninya manhaj, perbedaan dalam penetapan strategi dan sarana
perjuangan, dan tidak sedikitnya orang yang berambisi untuk menjadi pemimpin dan
penguasa. Berawal dari sini, maka studi perbandingan terhadap isme-isme menjadi amat
penting bagi siapa saja yang menginginkan perbaikan.
Dari sini pula, maka kewajiban saya adalah menerangkan kepada kalian dengan ringkas
dan jelas dakwah Islam pada abad keempat belas hijriyah.

PEPERANGAN BADAR AL-KUBRA

Wahai hamba-hamba Allah ! Bertaqwalah sekalian kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa. Dan Janganlah kamu mati
melainkan dalam keadaan Islam.
Firman Allah dalam ayat 123 surah Ali Imran yang bermaksud: Sesungguhnya Allah telah membantu kamu dalam peperangan
Badar sedangkan kamu ketika itu adalah orang-orang yang lemah. Kerana itu bertaqwalah kepada Allah supaya kamu
mensyukuriNya.
Peristiwa peperangan Badar al-Kubra yang merupakan tapak kemenangan Islam dalam melebarkan penguasaan seterusnya.
Peperangan Badar al-Kubra ini telah berlaku pada 17 Ramadhan tahun 2 Hijrah di mana pada tahun ini juga Allah mewajibkan
berpuasa sebulan Ramadhan. Peristiwa ini berlaku apabila Rasulullah s.a.w sendiri yang mengetuai pasukan tentera Islam seramai
313 orang telah menuju ke Badar bertujuan untuk menyekat qafilah perniagaan Quraisy pimpinan Abu Sufian bin Harb yang baru
pulang dari Syam menuju ke Mekah. Jumlah tentera Islam tidak begitu ramai kerana ia pada asalnya merupakan suatu operasi
dalam menyekat qabilah tersebut dan Rasulullah s.a.w sendiri tidak meramalkan akan berlakunya suatu peperangan terbuka yang
besar dan bersejarah. Oleh itu ramai di kalangan sahabat tidak menyertai gerakan ini.
Malangnya kemaraan tentera Islam telah diketahui oleh Abu Sufian melalui pengintip yang telah ditugaskannya lalu dia memerintahkan
agar wakil qafilah untuk meminta bantuan daripada Kafir Quraisy di Mekah. Disamping itu Abu Sufian telah melalui jalan
lain iaitu melalui pantai sehingga mereka berjaya menyelamatkan diri daripada bertembung dengan tentera Islam. Setelah itu dia
menghantar utusan untuk bertemu Abu Jahal bagi menyatakan bahawa mereka telah selamat dan tidak memerlukan bantuan tentera
lagi tetapi Abu Jahal dengan sombongnya menyatakan : "Demi Allah! Kita tidak mahu pulang sekarang sehingga kita sampai
di Badar. Kita berpesta di sana selama 3 hari, kita sembelih unta. Minum arak dan menyanyi sehingga seluruh bangsa arab
mengetahui perhimpunan dan kedatangan kita. Maka kehebatan kita terus menerus dapat dilihat oleh mereka ".
Rasulullah s.a.w ini telah mengetahui tentang qafilah Abu Sufian telah berjaya menyelamatkan diri disamping bala tentera kafir
Quraisy yang besar iaitu seramai 1300 orang dan lengkap bersenjata telah tiba di Badar. Oleh itu tentera Islam tidak boleh mengelak
lagi daripada bertempur kerana jika mereka berundur bererti kafir Quraisy akan mendapat kemenangan moral dari segi politik
dan tentera serta mendapat kedudukan yang kuat di Semenanjung Arab dan memungkinkan mereka bermaharajalela sesuka
hati. Walau pun dengan jumlah yang sedikit dan kelengkapan yang tidak mencukupi namun semangat jihad demi mempertahankan
Islam terus membara dalam diri tentera Islam.
Selepas itu Rasulullah s.a.w telah membentuk 2 pasukan pengintip dalam meninjau kekuatan musuh. Pada malam itu Allah menu-
126
runkan hujan sebagai pertolongan kepada tentera Islam dan bencana kepada tentera musuh. Kemudian tentera Islam telah membina
markaz di sebuah tempat yang terletaknya mata air paling dekat dengan musuh di mana di situ mereka telah membina kolam
disamping menimbus tempat-tempat air yang lain. Dengan cara ini musuh akan keputusan bekalan air.
Kemudian Sa’ad bin Mu’adz telah mencadangkan kepada Rasulullah s.a.w : " Wahai Rasulullah! Saya cadangkan agar dibina tempat
perlindungan untuk menjamin keselamatan Rasulullah. Biar kami bertempur dengan musuh. Jika Allah mengurniakan kemenangan
kepada kita dan kita dapat mengatasi musuh maka itulah yang sangat kami kehendaki. Sekiranya Allah mengkehendaki
berlaku sebaliknya maka engkau tetap berada dalam keadaan selamat di tempat itu. Engkau boleh terus bersama dengan orangorang
yang masih ada dan mereka juga kasih kepadamu seperti kami juga. Jikalau engkau mahu meneruskan lagi peperangan,
mereka sekali-kali tidak akan meninggalkanmu dan terus mempertahankanmu dengan sama-sama berjihad bersamamu". Lalu
para sahabat membina tempat untuk Rasulullah s.a.w di satu tempat yang tinggi yang membolehkan baginda memerhati ke arah
medan pertempuran. Pada malam Jumaat 17Ramadhan itu tentera Islam diberikan ketenangan oleh Allah di mana mereka dapat
tidur dengan nyenyak kerana keesokan harinya mereka akan bertempur dengan musuh Allah itu.
Pada pagi Jumaat 17 Ramadhan, kedua-dua belah pihak bersedia untuk berperangan di mana Rasulullah s.a.w sendiri telah
menyusun sof tentera dengan susunan yang kemas dan rapi. Selepas itu Rasulullah s.a.w telah mengangkat tangan memohon pertolongan
Allah. Antara doa baginda ialah yang bermaksud:
"Ya Allah! Wahai Tuhanku, tunaikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku.Ya Allah! Wahai Tuhanku, kurniakanlah apa yang
dijanjikan kepadaku. Ya Allah! Wahai Tuhanku, jika Engkau binasakan pasukan kecil ini maka Engkau tidak akan disembah lagi di
bumi selepas ini".
Pertempuran bermula dengan Rasulullah s.a.w meminta agar Ubaidah bin Harith, Sayyidina Hamzah dan Sayyidina Ali mara untuk
menentang tiga pemimpin Quraisy yang telah mencabar tentera Islam. Ketiga-tiga pahlawan Islam telah berjaya membunuh musuh
mereka di mana kemenangan ini merupakan kemenangan awal dalam menyemarakkan lagi semangat jihad. Selepas itulah
berlakunya pertempuran di mana pada peringkat pertama tentera Islam mengambil tindakan bertahan di mana tentera musuh berjaya
dilumpuhkan dengan kehilangan banyak jiwa. Dalam saat yang genting ini Rasulullah terus bermunajat kepada Allah sehingga
kain yang disangkut dibahunya terjatuh di mana Sayyidina Abu Bakar yang melihat perkara ini terasa begitu sedih dan berkata
kepada Rasulullah : "Cukuplah wahai nabi Allah!". Allah mengabulkan doa baginda dengan menghantar tentera malaikat.
Pada peringkat kedua tentera Islam mula mengambil tindakan menyerang di mana serangan ini turut dibantu oleh tentera daripada
kalangan malaikat di mana antara yang dapat disaksikan ialah bagaimana terputusnya kepala dan tangan musuh tanpa dapat
dilihat sesiapa yang memancungnya. Seorang tentera Islam yang sedang mengejar musuh tiba-tiba terdengar pukulan cemeti dari
atas dan terdengar suara pahlawan berkuda. Seorang sahabat lagi dapat melihat bagaimana kepala musuh terputus sebelum
pedangnya mengenai batang tengkuk musuh itu.
Iblis yang menyerupai dirinya sebagai Suraqah bin Malik merasa gementar apabila melihat penyertaan malaikat. Dia terus lari dan
terlanggar Al-Harith bin Hisyam sehingga rebah. Apabila ditanya mengapa dia cuba lari lalu dia menyatakan bahawa dia nampak
apa tidak mampu dilihat oleh tentera kafir dan dia begitu takut kepada Allah yang amat pedih siksaanNya. Kemudian dia lari sekuat
hatinya dan mencampakkan dirinya ke laut.
Abu Jahal sendiri berjaya dibunuh apabila Mu’adz bin Amru telah merempuh lapisan lembing dan tombak yang mengelilingi Abu
Jahal sehingga dia berjaya menetak di tengah betisnya. Tiba-tiba Ikramah anak Abu Jahal menetak ke leher pemuda itu lalu terkena
tangannya sehingga hampir putus dan hanya tergantung dikulitnya sahaja. Dia meneruskan serangan terhadap Abu Jahal dengan
mengheret tangannya yang terkulai di mana ketika terasa sakit lalu dia memijak tangan itu dengan kakinya supaya putus.
Kemudian Mu’adz berjaya menetak Abu Jahal sehingga hampir maut. Abdullah bin Mas’ud yang mencari-cari Abu Jahal telah menjumpainya
lalu terus memancung lehernya di mana kepalanya telah dibawa kepada Rasulullah s.a.w. Baginda menyatakan bahawa
inilah dia Firaun umat ini.
Peperangan yang bersejarah ini berakhir dengan kemenangan yang nyata kepada tentera Islam di mana 70 orang musyrikin terbunuh
dan 70 orang lagi berjaya ditawan. Manakala 14 orang tentera Islam telah gugur syahid. Kemenangan ini terus diberitahu
kepada penduduk Madinah melalui 2 orang utusan yang dihantar oleh Rasulullah s.a.w bagi menafikan berita bohong yang disampaikan
oleh puak munafik dan yahudi yang menyatakan bahawa Rasulullah s.a.w telah wafat. Berita kemenangan ini disambut
dengan penuh kesyukuran dan kegembiraan yang menjadi lambang kepada keagungan Islam yang bakal menguasai dunia.
Mereka bertakbir dan bertahlil menyambut berita ini dan ada para sahabat yang terkemuka yang tinggal di Madinah telah menuju
ke Badar bagi menyampaikan ucapan tahniah kepada Rasulullah s.a.w. Manakala Sayyidina Othman pula mendapat berita gembira
ini ketika sedang mengkebumikan jenazah anak Rasulullah s.a.w Ruqayyah yang baru meninggal dunia.
127
Kemenangan ini telah meletakkan Islam agama yang tertinggi dan umat Islam menjadi bangsa yang kuat bukan lagi sebagai
mangsa penindasan para kuffar. Semoga semangat jihad Badar ini akan membakar semangat kita dalam memastikan Islam menjadi
agama yang memerintah bukannya agama yang diperintah.
Firman Allah dalam ayat 9 surah al-Anfal yang bermaksud: Ingatlah ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu lalu
diperkenankannya bagimu. Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang
berturut-turut.
Firman Allah dalam ayat 16 surah as-Sajadah yang bermaksud: Lambung mereka jauh daripada tempat tidurnya sedangkan mereka
berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan mengharap dan mereka menafkahkan sebahagian daripada rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka.
Perasaan antara al-Raja’ iaitu terlalu mengharap dan al-Khauf iaitu takut mestilah sentiasa kita sematkan dalam hati agar kita
tidak terlalu yakin bahawa segala amalan kita samada solat, puasa, sedekah dan amalan soleh yang lain memang telah diterima
oleh Allah sehingga kita tidak berusaha untuk memperelokkannya dan kita juga tidak boleh merasa terlalu takut segala amalan
tadi sentiasa ditolak sehingga timbul perasaan malas untuk beribadat sehingga kita terus hanyut dengan maksiat. Kita mesti berada
antara keduanya iaitu antara takut dan mengharap agar segala amalan kita tidak dilakukan sambil lewa serta ia dilakukan dengan
penuh keyakinan dan ikhlas sambil mengharap ia diterima oleh Allah.

VALENTINE'S DAY: KEHADIRAN MU TIDAK DIUNDANG

Kenapa Masih Menyambut Hari Valentine? Adakah ia merupakan hari yang istimewa? Adat? Atau hanya ikutan semata-mata.
Ataupun, adakah hari-hari kebesaran yang dianugerahkan oleh Allah SWT tidak mencukupi?
Kita perlu memahami sejarah dan tujuan perayaan tersebut sebelum melibatkan diri ke dalam sesuatu yang mungkin bertentangan
dengan Islam. Kita jangan mudah terpedaya dengan promosi-promosi dalam mediamasa slogan-slogan dari Barat mengaburi
pemikiran kita. Firman Allah, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawabnya” (Al Isra' : 36).
95
Sejarah valentine adalah panjang.Antara ceritanya, secara ringkas, ia bermula dari golongan yang menyembah berhala, iaitu orangorang
Romawi, yang merayakan acara untuk memperingati suatu hari besar mereka yang jatuh pada tanggal 15 Februari, mereka
menamakannya Lucipercalia.
Setelah penyebaran agama Kristian, para ahli gereja cuba memberikan pengertian ajaran Kristian terhadap perayaan para pemuja
berhala itu. Pada tahun 496 Masehi, Paus Gelasius (Pope Gelasius) menggantikan peringatan Lupercalia itu menjadi Saint
Valentine's Day, iaitu hari kasih sayang untuk orang-orang suci dengan memindahkan harinya kepada 14 Februari sebagai penghormatan
bagi seorang pendeta Kristian yang dihukum mati pada tanggal tersebut.
Islam adalah 'cara hidup' yang khusus dan unik bagi semua umat manusia. Sebagai umat yang memiliki peraturan hidup yang unik
dan berbeza dari sistem manapun, kita perlu berdiri atas agama kita yang satu ini tanpa meniru ajaran umat yang lain. Sabda
Rasulullah saw. "Tidak termasuk golongan ku orang-orang yang menyerupai selain dari golongan umatku (umat Islam)" HR
Tirmidzi dari Amru bin Syu'aib dari ayahnya dari datuknya. Sabda Rasulullah SAW lagi, "Jangan kamu menyerupai orang-orang
Yahudi dan Nasrani." HR Tirmidzi.
Kesimpulannya Ucapan dan sambutan Valentine Day tidak sepatut dilakukan oleh seorang Islam dan ia bukan hari kebesaran umat Islam.

MEMPERBARUI KOMITMEN DAKWAH

Sesungghuhnya, menapaki jalan dakwah merupakan sebuah pilihan dari berbagai jalan yang terbentang dalam kehidupan kita. Komitmen yang dibangun sejak awal kerap berhadapan dengan realitas yang terbentang di jalan yang sangat panjang ini. Realitas interaksi dengan sesama aktivis dakwah dan karakteristik jalan dakwah, serta interaksi dengan objek dan musuh dakwah.

Tidak kita pungkiri bahwa interaksi-interaksi tersebut mengisap energi aktivis dakwah, bukan hanya energi fisik, melainkan juga energi ruhiyah. Jika hal ini tidak diantisipasi dengan kekuatan tarbiyah dzatiyah, maka aktivis dakwah dapat mengalami kejenuhan dan kehilangan makna dakwah dalam setiap aktivitas yang dilakukan.

sehingga yang dibutuhkan dalam hal tersebut, mencakupi beberapa hal :
1 : BAGAIMANA KOMITMEN SAYA TERHADAP DAKWAH

2 : KOMPETENSI DAN PERSIAPAN

3 : TUGAS OPERASIONAL

4 : BAHAYA YANG HARUS DIHINDARI DAN HAMBATAN DAKWAH


silakan upGrade ilmu kalian dalam buku :
MEMPERBARUI KOMITMEN DAKWAH
OLEH: MUHAMMAD ABDUH

semoga bermanfaat

ISTI’AB DALAM DAKWAH DAN DA’I

1. Makna Isti’ab
Isti’ab (daya tampung) adalah kemampuan da’I utk menarik objek dakwah (mad’u) dan merekrut mereka dengan segala perbedaan intelektual, kejiwaan, status sosial dsb.
Da’i yg sukses adalah da’I yg mampu masuk dan dapat mempengaruhi setiap manusia, dengan pemikiran dan dakwahnya, sekalipun kecenderungan, karakter, dan tingkatan mereka beragam. Disamping mampu menarik sejumlah besar manusia dan mampu menampung mereka baik dalam tataran pemikiran ataupun pergerakan.

Jadi Isti’ab merupakan kemampuan individu, kelayakan akhlak, sifat keimanan, dan karunia Ilahiyah, yg membantu para da’i dan mjdkan mereka poros bagi masyarakat, shg mereka senantiasa berputar dan berkerumun di sekitarnya.
2. Tingkat Kemampuan dalam Isti’ab
Tingkatan isti’ab seorang da’I berbeda-beda, namun seorang da’I dituntut utk memiliki batas minimal kemampuan isti’ab, agar bisa produktif dan mendatangkan manfaat bagi masyarakat, bukan mendatangkan kemudhoratan dan tdk mendatangkan manfaat sama sekali, bahkan menjadikan orang-orang disekelilingnya lari.
Tingkatan-tingkatan kemampuan dalam isti’ab disyaratkan oleh sebuah hadits:
“perumpamaan petunjuk dan ilmu yg dengannya Allah mengutusku adalah bagaian hujan yg turun ke bumi. Maka ada bagian bumi yg baik, ia menerima air hujan itu dgn baik lalu menumbuhkan tanaman dan rerumputan yg banyak. Ada jg bagian bumi yg menahan air, lalu Allah memberikan manfaat kpd manusia dgn air yg disimpannya, shg mereka bisa minum dan menyirami tanaman dari air tersebut. Bagian lainnya adalah padang tandus, ia sama sekali tidak bisa menyimpan air dan juga tdk menumbuhkan apa pun. Demikian itu adalah perumpamaan orang yg diberi kepahaman dalam agama, lalu ia dapat memanfaatkan apa yg aku bawa itu, hingga ia senantiasa belajar dan mengajarkan apa yg ia pahami. Dan perumpamaan orang yg sama sekali tidak ambil peduli dan tidak mau menerima petunjuk Allah yg aku sampaikan”. (HR Bukhari Muslim)
3. Isti’ab dan Keberhasilan Dakwah
Tidak akan ada keberhasilan dakwah tanpa kemampuan isti’ab krn keberhasilan ditandai dengan kemampuan da’I utk menarik sebanyak-banyaknya masyarakat kpd Islam dan pergerakan yg ada, shg mampu merealisasikan sasaran-sasarannya. Jika dai tidak mempunyai isti’ab maka dakwah akan mandul dan pergerakannya akan terbatas, hingga Allah mendatangkan para da’I dan kader yg sangat berpengaruh dan mampu menarik masyarakat. Atau Allah akan menggantikannya dengan “daklwah” yg lain yg tidak sama dengannya. Inilah sunnatullah yg akan terus berlaku:
“… dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah ”. (QS Al-Ahzab : 62)
“… Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah , dan sekali-kali tidak (pula) akan menemuui penyimpangan bagi sunnah Allah itu”.. (QS Fathir : 43)
4. Isti’ab Eksternal dan Internal
Isti’ab Eksternal adalah penguasaan terhadap orang-orang yg berada di luar dakwah, di luar pergerakan dan diluar organisasi. Atau orang-orang yg belum bergabung.
Isti’ab internal adalah penguasaan terhadap orang-orang yg berada di dalam organisasi, yakni mereka yg telah bergabung ke dalam Jama’ah dan pergerakan. Keberhasilan seorang da’i sangat terkait dengan kemampuan utk menguasai keduanya, krn tdk ada gunanya pengguasaan terhadap masyarakat di luar tanzhim (jamaah) tanpa dibarengi dengan penguasaan terhadap masyarakat yang ada dalam tanzhim.
ISTI’AB EKSTERNAL
Sesuai Al-Qur’an & Sunnah tuntutan yg harus dipenuhi para da’i dalam proses isti’ab dan recruitment diantaranya:
1. Kepahaman tentang agama
“Katakanlah:’adakah sama orang-orang yg mengethaui dengan orang-irang yg tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang yg berakalah yg dapat menerima pelajaran” (Az-Zumar : 9)
“Dan orang-orang yg diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yg diturunkan kepadamu dari Rabb-mu itulah yg benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Rabb Yang Maha perkasa lagi Maha Terpuji”. (Saba’ : 6)
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan agama itu, maka ikutilah syari’at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orangg yg tidak mengetahhui”. (Al-Jatsiyah : 28)
“Wahai manusia sesungguhnya ilmu hanya didapat dengan belajar, sedang pemahaman hanya akan didapat melalui pendalaman (tafaquh), dan barang siapa yg dikehendaki Allah baik maka akan diberi kepamahan dalam agama, sesungguhnya yg takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah ulama” (HR Bukhori)
“Apabila Allah menghendaki kebaikkan bagi seorang hamba maka Allah memberinya kepahaman tentang agama dan memberinya ilham kelurusan (HR Thabrani)
“Sesungguhnya perumpamaan para ulama di muka bumi adalah bagaikan bintang-bintang yg dijadikan petunjuk dalam kegelapan daratan dan lautan. Jika bintang-bintang itu padam, maka para penunjuk jalan akan tersesat” (HR Ahmad).
2. Teladan yg baik
Seorang da’i hrs menjadi teladan yang baik bagi masyarakat, agar ia memiliki pengaruh dalam masyarakat, shg mereka bisa direkrut. Krn pengaruh ucapan tidak seefektif pengaruh yg ditimbulkan oleh perbuatan, perbutan zhahir harus sesuai dgn apa yg ada di dalam hatinya.
“Hai orang-orang yg beriman, mengapa kamu mengatakan apa yg tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yg tiada kamu kerjakan” (Ash-Shaf: 2-3)
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, pdhal kamu membaca al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” (Al-Baqarah :44)
“perumpamaan orang yg mengajarkan kebaikan kpd org lain dan melupakan dirinya, bagaikan lilin yg menerangi manusia dan membakar dirinya sendiri.” (HR Thabrani)
3. Sabar
Kesabaran dibutuhkan krn manusia memiliki kondisi kejiwaan yg bermacam-macam, memiliki kelebihan dan kekurangan yg beragam, memiliki tabiat yg berbeda-beda, dan memiliki kepentingan yg berlainan.
“Dan mintalah pertolongan kpd Allah dengan sabar dan sholat. Dan sesungguhnya yg demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yg khusyu (Al-Baqarah:45)
QS. Thaha:130
QS. Al-Hajj:34-35
QS. Ali-’Imran:200
QS. Al-Baqarah:153, 155
QS. Az-Zumar:10
QS. As-Sajadah:24
“Tidak ada rezeki Allah yg lebih baik dan lebih luas bagi seorang hamba selain dari kesabaran.” (HR Hakim)
“Siapa yg berusaha utk bersabar maka Allah akan mengaruniai kesabaran, dan tidak ada karunia yg lebih baik dan lebih luas bagi seseorang selain dari kesabaran (HR. Bukhori -Muslim)
4. Lemah lembut
Dibutuhkan krn masyarakat membenci kekerasan dan menjauhi pelakunya.
QS. Ali-Imron : 134,159
QS. Fushshilat:34
QS. Al-Furqon:63
Rasulullah saw, bersabda “sesungguhnya Allah mencintai kelembutan dalam segala hal” (HR Bukhori-Muslim)
“Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelembutan, memberi kpd orang yg lemah lembut apa yg tidak diberikan kpd orang yg kasar dan juga apa yg tidak diberikan kpd yg lain.” (HR Muslim)
5. Memudahkan tidak mempersulit
Manusia memiliki karakter, kemampuan dan daya tahan yg berbeda-beda. Apa yg bisa dilakukan seseorang belum tentu bisa dilakukan oleh orang yg lain, krn itu Rasulullah saw bersabda:
“Mudahkanlah dan jangan mempersulit, senangkanlah mereka dan jangan membuat mereka lari.” (HR. Bukhori -Muslim)
“Berjalanlah dengan menenggang perjalanan yg paling lemah diantara kalian”
6. Tawadhu’ dan merendahkan sayap
Dai yg tawadhu bisa hidup dan bergaul dengan siapa saja, bisa menerima siapa saja, bisa berbicara kpd stp orang, menziarahi bahkan mencintai semua manusia. Dialah yg melayani masyarakat bukan masyarakat yg melayaninya.
“Tidak akan masuk surga seseorang yg dalam hatinya terdapat sedikit kesombongan.” (HR Muslim)
“Sesungguhnya orang yg paling aku cintai adalah orang yg paling baik akhlaknya, yg merendahkan sayap, yg mau menghimpun dan mau dihimpun..”. (HR Thabrani)
Fenomena kesombongan ini tampak dalam berbagai hal:
• Lebih senang bergaul dengan orang-orang kaya dan berpangkat drpd dengan org miskin/orang awam
• Lebih memperhatikan pakaian dan penampilam, dan suka meremehkan orang yg terlihat kumal.
• Memilih-milih audien.
• Lebih mementingkan ungkapan yg dibuat-buat
• Merasa takjub dgn ilmu yg dimiliki
7. Murah senyum dan perkataan yg baik
Wajah merupakan cermin yg merefleksikan kejiwaan. Jika wajah seseorang seram maka hal itu merupakan cerminan dari kekasarannya dan jika wajah seseorang berseri-seri dan murah senyum, maka ini adalah pertanda kebaikannya.
Mengenai ucapan yg baik ini banyak terdapat dlm nash-nash Al-Qur’an:
QS. Al-Isra’: 53
QS. Al-Baqarah:83, 263
QS. Al-Ahzab:70
QS. Al-Hajj:24
QS. An-Nahl:125
QS.Thaha:44
“Janganlah kalian memandang remeh kebaikkan sedikit pun, meski kebaikan itu hanya berupa wajah yg berseri ketika bertemu dengan saudara kalian”. (HR Muslim)
8. Dermawan dan berinfaq kpd orang lain
Kedermawanan dengan materi menunjukkan kelapangan jiwa, sebaliknya orang yg kikir menunjukkan kekerdilan jiwanya.
Seorang dai harus menggunakan hartanya sbg sarana agar masyarat yg didakwahi mendapat hidayah, misalnya dengan:
• Islam mewajibkan memuliakan tamu
• Memberi hadiah kpd orang lain termasuk akhlaq Islam yg dianjurkan Nabi saw.
• Berbagai perbuatan mulia yg diperintahkan Allah spt, berinfak kpd fakir miskin, menanggung anak yatim, memeperhatikan hak tetangga dsb yg bertentangan dengan kebakhilan.
Dalam Al-Qur’an dan hadits byk nash yg mengecam kebakhilan:
QS. Ali-’Imran:180,17
QS. Al-Hasyr:9
QS. Al-Isra:29,100
QS. Adz-Dzariyat:19
QS. An-Nisa:11
“Tidak ada sesuatu yg dapat menghapus keislaman seperti halnya kekikiran” (HR. Thabrani)
9. Melayani orang lain dan membantu keperluan mereka
Seorang dai wajib menerjemahkan pemikiran dan konsepnya dalam bentuk tindakan konkret, yaitu dengan turut merasakan problematika umat, dan berusaha semaksimal mungkin utk ikut menyelesaikannya.
“Barang siapa yang tidur tanpa peduli terhadap masalah kaum muslimin maka ia tidak termasuk golongan mereka”.
“Amalan yg paling utama adalah menyenangkan seorang mukmin, dengan cara memberi pakaian, makanan, minuman dan memenuhi kebutuhannya (HR Thabrani)
ISTI’AB INTERNAL
Isti’ab Dakhili (daya tampung internal) adalah kemempuan dan keahlian utk menampung objek dakwah yg telah berada ditengah-tengah shaf dakwah. Baik oleh para pemimpin maupun para anggotanya. Tujuannya untuk mendayagunakan potensi mereka dalam melaksanakan tugas-tugas dakwah dan pergerakan.
Tahapan-tahapannya:
I. Isti’ab ‘aqidi dan Tarbawi
• Dalam Tahap ini para kader harus dibersihkan dari berbagai problem masa lalu, meluruskan aqidah, perilaku, akhlaq, mengarahkan kecenderungan, menentukan, menjelaskan aras sasaran dan tujuan mereka.
• Isti’ab Tarbawi tidak boleh didikte oleh suatu fase atau situasi, tetapi mutlak diperlukan baik bagi para pemula ataupun para senior.
• Isti’ab Tarbawi harus memperhatika berbagai perkembangan kehidupan tahapan2x alami dan khusus yg dilalui oleh para individu.
• Isti’ab Tarbawi harus memenuhi semua bidang tarbiyah, baik pemikiran, spiritual dan kebutuhan fitrah manusia.
• Isti’ab Tarbawi harus terukur dan menggunakan parameter syari’at dengan mengambil semua ‘azimah (hukum asal)-nya dan berbagai keringananya bukan produk emosi dan keinginan pribadi semata
Aspek penting dan mendasar yang harus dimiliki dalam pembentukan pribadi muslim :
1. Sunnah Rasul dalam pembentukan pribadi muslim.
Rasulullah saw menggunakan metode yg unik sesuai dengan kesempurnaan manhaj Islam dan fitrah yg ditetapkan Allah SWT, memandang manusia apa adanyalayaknya manusia dengan memperhatikan kecenderungan dan kebutuhan manusia.
2. Beberapa kaidah asasi dalam Sunnah
• Memenangkan sisi positif atas sisi negative
• Memenangkan sikap proporsional atas sikap berlebih-lebihan
Dalam kaitannya dengan komitmen pribadi kpd Islam, sabda Rasulullah saw
“Ingatlah akan hancur orang yg berlebih-lebihan, akan hancur orang yg berlebih-lebihan” (HR Muslim, Abu Dawud dan Ahmad)
“Sesungguhnya agama ini sangatlah keras, maka masuklah kedalamnya dengan lembut (HR Ahmad)
Dalam kaitannya dengan dakwah dan menarik orang kpd Islam, terdapat nash-nash Al-Qur’an dan sabda Rasulullah:
QS. Ali-’Imran:159
QS. An Nahl:125
“Mudahkanlah dan jangan mempersulit, senangkanlah dan jangan membuat mereka lari”. (HR Bukhari-Muslim)
• Sedikit dan kontinyu lebih baik daripada banyak tapi terputus.
• Sunnah Rasul dan mendahulukan Prioritas dalam pembentukan
• Pembentukan melalui keteladanan
• Pembentukan yg menyeluruh dan tidak parsial
• Keshalihan lingkungan dan pengaruhnya dalam pembentukan
• Dampak Pahala dan hukuman dalam pembentukan
II. Isti’ab Haroki
Adalah kemampuan sebuah pergerakan dalam menampung para anggotanya, pendukungnya, simpatisannya dan juga kemampuan gerakan dan para anggotany dala m menampung berbagai persoalan, prinsip dan kaidah-kaidah pergerakan.
Permasalahan pokok yg berhubungan dengan isti’ab haroki:
1. Hal yg berkaitan dengan daya tampung gerakan terhadap para anggotanya
Syarat yg harus dipenuhi utk dpt menampung anggota:
• Proses tarbiyah yg matang,
• Tersedianya berbagai potensi dan kapabilitas serta faktor pendukung lainnya dalam sebuah pergerakan, misalnya manajerial yg handal, perencanaan yg matang, konsep yg jelas dalam pendidikan, pemikiran, politik dsb.
• Memahami semua anggotanya dengan benar, mengetahui potensi yg dimiliki, kecenderungan mereka,sisi positif dan negatifnya dll. Shg akan sgt membantu utk menentukan tugas dan tanggungjawab masing-masing individi dan menempatkan pada posisi yg tepat, shg akan membuahkan hasil yg memuaskan.
• Mengerahkan seluruh anggota dan bukan sebagian saja/hanya orang2x yg berprestasi saja krn bgmnpun akan pelipatgandakan hasil dan menghindari fitnah yg ditimbulkan oleh para penganggur/orang-orang yg tidak memiliki tugas dan peran dakwah.
2. Terkait dengan isti’ab haraki
Beberapa masalah penting yg terkait dengan pergerakan yg harus dikuasai oleh para da’i sbb:
• Pemahaman yg benar dan sempurna ttg sasaran dan sarana yg digunakan
• Memahami tanzhim dan tabiatnya dengan benar
• Pemahaman yg benar dan menyeluruh terhadap tabiat teman dan lawan berikut konsekuensinya
• Pemahaman yg baik tentang berbagai aspek, tabiat dan kebutuhan amal
• Menjauhi fenomena istiknaf (keengganan utk bergabung dalam masyarakat/instansi/berbagai organisasi yg ada.

“Konsistensi menyongsong kematian husnul khatimah”

Kematian adalah sesuatu yang pasti akan menjemput manusia, namun secara umum pembicaraan tentang kematian bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Bahkan naluri manusia cenderung ingin hidup seribu yahun lagi. Sebagaimana dilukiskan Al-Quran: “Dan sungguh kamu akan mendapati mereka seloba-loba manusia kepada kehdupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang- orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkan dari siksa. Dan Allah mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Al-Baqarah:96).

Banyak faktor yang menyebabkan orang takut akan kematian. Ada orang yang takut mati karena ia tidak mengetahui apa yang akan dihadapinya setelah kematian, mungkin juga karena merasa bahwa yang dimilikinya sekarang lebih baik dari apa yang akan dimilikinya nanti. Ada juga karena membayangkan betapa sulit dan pedih pengalaman mati dan sesudah mati, mungkin karena khawatir memikirkan atau prihatin terhadap keluarga yang ditinggalkan atau karana tidak mengetahui makna hidup dan mati, dan lain sebagainya sehingga mereka merasa cemas dan taku menghadapi kematian. Dari sini lahir pandangan-pandangan optimis dan pesimistis terhadap kematian dan kehidupan.

Islam sebagai tuntutan hidup manusia mengajarkan bahwa ada kehidupan sesudah kematian. Kematian adalah awal dari suatu perjalanan panjang dalam evolusi kehidupan manusia, dimana selanjutnya ia akan memperoleh kehidupan dengan segala macam kesenangan atau berbagai ragam siksa dan kenistaan.

Dalam mengingat kematian ini, Imam Al-Ghazali memagi manusia kepada tiga tingkatan. Pertama : Al-Munhamik, yaitu orang yang tenggelam dalam tipu daya dan hawa nafsu dunia. Ia tidak mengingat kematian dan enggan untuk diingatkan orang tentang kematian. Dan manakalah diingatkan justru akan menjauhkannya dari Tuhannya. Orang seperti ini kurang mempersiapkan bekal untuk menghdapi kematianbahkan justru bergelimang dosa dan maksiat.

Kedua: At-Taib, yaitu orang yang selalu bertaubat memohon ampunan dari Allah. Iapun banyak mengingat kematian yang mendorongnya beramal dan mempersiapkan bekal. Kalaulah ia tidak menyukai kematian, tidak lain karena khawatir bekal yang dipersiapkannya belum cukup sehingga dala kondisi demikian ia takut menghadap Allah.

Ketiga: Al-Arif, yaitu orang yang mengetahui posisi dirinya di hadapan Allah. Ia senantiasa mengingat kematian, bahkan ia selalu menanti saat kematian itu. Karena baginya kematian adalah momentum perjumpaan dengan Allah, Dzat yang selama ini dicintainya dan dirindukannya dan ia memiliki bekal dan persiapan penuh untuk menghadapi kematian.

judul : Konsistensi Menyongsong Kematian Husnul Khatimah

penulis: M. Anis Matta

penerbit : Fitrah Rabbani

· udul Buku : Isti’ab, Meningkatkan Kapasitas Rekrutmen Dakwah

· Judul Asli : Al-Isti’ab fi Hayatid-Da’wah wad Da’iyah

· Penulis : Fathi Yakan

· Penerjemah : ES. Soepriyadi

· Penerbit : Robbani Press

· Tahun : 2005

· Ukuran Buku : 156 ha; 17,5 cm

· ISBN : 979-3304-48-0

· Edisi Cetakan : Cetakan I, Juni 2005

Sabtu, 10 Oktober 2009

KADERISASI ADALAH SEBUAH KENISCAYAAN

Belum hilang rasa kantuk dari mukanya, seorang yang biasa dipanggil ahmad itu bergegas menyiapkan berbagai perbekalannya karena harus mengisi halaqah di desa seberang yang jaraknya lumayan jauh. Dengan perjalanan sekitar 1 jam menuju tempat halaqahnya, ia harus menempuh jarak itu dengan menggunakan sepeda bututnya yang ia pakai sejak ia masih di SMP itu. Masih terasa nikmat Qiyamullailnya tadi malam dalam lantunan dzikirnya sambil menelusuri perjalanan indahnya menuju tempat halaqahnya.
Sambil menikmati pejalanan panjangnya, sesekali ia berfikir akan perjalanan panjang dakwah ini yang mungkin sangat lebih jauh lagi dari perjalanan yang ia lakukan saat ini. Ia melihat ada celah sejarah yang sangat besar dalam mencapai tujuan dakwah ini. Celah antara realitas umat hari ini dengan realitas umat yang ia impikan, masyarakat yang menjunjung tinggi nilai islam. Islam tumpuan kehidupan masyarakat, Al Qur’an menjadi pedoman, Rasulullah manjadi panutan hingga kenikmatan syahid menjadi cita-cita. Tetapi ia yakin bahwa satu batu bata yang akan ia bangun hari ini akan menambah kekuatan bangunan dakwah dimasa depan. Bismillah....

Ikhwah fillah rakhimakumullah, adakah cerita diatas nyata dalam kehidupan kader dakwah hari ini? Adakah? Hari ini kita dihadapkan pada berbabagi problematika dakwah. Hampir semua unsur pembangun dakwah hari ini belum cukup kokoh dan tangguh untuk membawa gerbong dakwah ini mencapai kemenangannya. Tentunya, kekokohan dan ketangguhan dari sebuah jamaah dakwah selalu dapat diukur dari kualitas dan kuantitas kader-kadernya. Oleh karena itu, pantaslah jika Rasulullah sendiri membangun dakwah ini dengan terlebih dahulu menciptakan kader-kader seperti abu bakar, utsman, umar dan ali. Pantas jika Ustadz Hasan Al Banna membangkitkan dakwah ini dengan menciptakan terlebih dahulu orang-orang seperti Sayyid Quthb, Hasan Al Hudaibi dan lainnya yang hingga kini merekalah yang terus memperjuangkan dakwah hingga akhir hayatnya.
Dari hal diatas, maka sudah seharusnya kita berkomitmen untuk membangkitkan dakwah dalam mewujudkan kejayaan umat ini dengan menciptakan kader-kader yang kokoh dan tangguh.

Sabtu, 10 Januari 2009

kita tidak bisa lagi pura-pura untuk PALESTINA

ya akhi,..
ya ukhti,..

kita tidak lagi bisa berpura-pura,..
berpura-pura buta dan tuli terhadap serangan israel yang membabi buta terhadap rakyat palestina!!
ini bukan lagi hanya permasalahan israel vs palestina atau islam vs yahudi tapi ini adalah nyata masalah krisis kemanusiaan yang tidak bisa dipandang sebelah mata saja!!
sudah ratusan orang lebih syahid demi membela negara tercintanya,..anak-anak kecil yang seharusnya masih bahagia merasakan keceriaannya,..hari-harinya untuk tetap bermain bersama temean-temannya,..menikmati pendidikan di bangku-bangku sekolah yang nyaman,..namun apa yang telah terjadi disana???semua hak itu direnggut israel LAKNATULLAH!!anak-anak itu harus selalu SIAP menghadapi tank-tank besar ISRAEL LAKNATULLAH!!!subhanallah...saudara-saudaraku,..

palestina tidak pernah meminta seluruh pengorbanan jiwa dan raga antuna sekalian..tidak pernah meminta seluruh harta yang kalian miliki,..tidak pernah meminta bantuan paksa untuk membantu perjuangan-perjuangan mereka di sana,..
NAMUN,..
rasa kemanusiaan kita diuji disini,..
tingkat keimanan kita dipertanyakan disini,..
Aqidah kita menjadi pertanyaan yang luar biasa apabila kita masih hanya diam tanpa sedikitpun memiliki niat untuk MEMBANTU PERJUANGAN MEREKA DISANA!!!

renungkanlah ya akhi,..ya ukhti,..