seni sastra merupakan salah satu jenis kesenian yang paling marjinal/pinggiran pada lingkup perhatian hidup generasi muda Indonesia. dibandingkan dengan seni rupa, tari, musik, teater atau film, seni sastra yang paling kurang diperhatikan, dan semakin lama tampaknya semakin kurang diperhatikan, (bahkan) tidak saja oleh generasi muda, tetapi juga lebih menyeluruh dari itu.
seni sastra relatif tidak tercantum dalam daftar prioritas kebutuhan masyarakat. shampo, kuteks kuku, busi motor, atau obat penyemprot nyamuk jelas lebih dianggap penting dibandingkan karya sastra.
seni sastra terkategorikan sebagai sesuatu yang boleh tidak ada. sementara itu celana atau jam tangan tergolong harus ada. Bahkan, ada situasi dimana lokalisasi wanita tunasusila memperoleh kemerdekaan penuh untuk beroperasi. Sementara itu karya sastra sangat diragukan, baik secara politis maupun kultural, bahwa ia sebaiknya ada.
sebab musabab keterpinggiran sastra dalam kebudayaan masyarakat masa kini, antara lain : nilai-nilai yang dikembangkan oleh kultur pembangunan kita relatif tidak mengakomodasikan atau kurang menyediakan peluang-peluang bagi terapresiasikannya seni bahasa dan sastra oleh warga masyarakat umunya dan generasi muda khususnya.
pada sisi mana pun dari bangunan kebudayaan masyarakat yang sedang kita kerjakan seolah - olah tidak ada itikad untuk menumbuhkan tradisi apresiasi sastra. Ada sih ada, tetapi tidak begitu serius, dan pengerjaannya kurang sungguh-sungguh.
sebagaimana bidang dan kedisiplinan lain dalam kebudayaan masyarakat, seni sastra memiliki kemungkinan kontribusinya sendiri. Tradisi ilmu menanamkan kepada manusia disiplin untuk mengenali, memilih, meyakini, dan memelihara yang benar sebagai benar dan yang salah sebagai salah. Tradisi moral/etika/religi menumbuhkan pengetahuan, penghayatan, dan pemesraan terhadap nilai kebaikan.Adapun tradisi estetika, dimana sastra merupakan salah satu pemeran, sarana atau pemandunya menanamkan gagasan, taste, dan pendalaman tentang segala sesuatu yang indah, lembut dan mesra ke dalam kejiwaan manusia dan masyarakat.
estetika dan dengan demikian juga esensi dunia sastra seyogyianya merupakan salah satu acuan dan tolok ukur bagi segala dan setiap aktivitas manusia dan masyarakat.
seni sastra khususnya dan kesenian pada umumnya merupakan salah satu komponen peradaban umat manusia yang memiliki hak dan relevansi untuk dikerjasamakan dengan disiplin-disiplin hidup yang lain demi bangunnya suatu kebudayaan bangsa yang berkualitas dan manusiawi. Bahasa dan satra yang baik membiasakan orang yang mempergaulinya untuk memelihara kelembutan hati, kepekaan perasaan, ketajaman intuisi, kedalaman jiwa, kearifan sikap sosial, dan keluasan pandangan hidup. Sastra adalah salah satu jalan spiritual.
0 komentar:
Posting Komentar