Isti’ab (daya tampung) adalah kemampuan da’I utk menarik objek dakwah (mad’u) dan merekrut mereka dengan segala perbedaan intelektual, kejiwaan, status sosial dsb.
Da’i yg sukses adalah da’I yg mampu masuk dan dapat mempengaruhi setiap manusia, dengan pemikiran dan dakwahnya, sekalipun kecenderungan, karakter, dan tingkatan mereka beragam. Disamping mampu menarik sejumlah besar manusia dan mampu menampung mereka baik dalam tataran pemikiran ataupun pergerakan.
Jadi Isti’ab merupakan kemampuan individu, kelayakan akhlak, sifat keimanan, dan karunia Ilahiyah, yg membantu para da’i dan mjdkan mereka poros bagi masyarakat, shg mereka senantiasa berputar dan berkerumun di sekitarnya.
2. Tingkat Kemampuan dalam Isti’ab
Tingkatan isti’ab seorang da’I berbeda-beda, namun seorang da’I dituntut utk memiliki batas minimal kemampuan isti’ab, agar bisa produktif dan mendatangkan manfaat bagi masyarakat, bukan mendatangkan kemudhoratan dan tdk mendatangkan manfaat sama sekali, bahkan menjadikan orang-orang disekelilingnya lari.
Tingkatan-tingkatan kemampuan dalam isti’ab disyaratkan oleh sebuah hadits:
“perumpamaan petunjuk dan ilmu yg dengannya Allah mengutusku adalah bagaian hujan yg turun ke bumi. Maka ada bagian bumi yg baik, ia menerima air hujan itu dgn baik lalu menumbuhkan tanaman dan rerumputan yg banyak. Ada jg bagian bumi yg menahan air, lalu Allah memberikan manfaat kpd manusia dgn air yg disimpannya, shg mereka bisa minum dan menyirami tanaman dari air tersebut. Bagian lainnya adalah padang tandus, ia sama sekali tidak bisa menyimpan air dan juga tdk menumbuhkan apa pun. Demikian itu adalah perumpamaan orang yg diberi kepahaman dalam agama, lalu ia dapat memanfaatkan apa yg aku bawa itu, hingga ia senantiasa belajar dan mengajarkan apa yg ia pahami. Dan perumpamaan orang yg sama sekali tidak ambil peduli dan tidak mau menerima petunjuk Allah yg aku sampaikan”. (HR Bukhari Muslim)
3. Isti’ab dan Keberhasilan Dakwah
Tidak akan ada keberhasilan dakwah tanpa kemampuan isti’ab krn keberhasilan ditandai dengan kemampuan da’I utk menarik sebanyak-banyaknya masyarakat kpd Islam dan pergerakan yg ada, shg mampu merealisasikan sasaran-sasarannya. Jika dai tidak mempunyai isti’ab maka dakwah akan mandul dan pergerakannya akan terbatas, hingga Allah mendatangkan para da’I dan kader yg sangat berpengaruh dan mampu menarik masyarakat. Atau Allah akan menggantikannya dengan “daklwah” yg lain yg tidak sama dengannya. Inilah sunnatullah yg akan terus berlaku:
“… dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah ”. (QS Al-Ahzab : 62)
“… Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah , dan sekali-kali tidak (pula) akan menemuui penyimpangan bagi sunnah Allah itu”.. (QS Fathir : 43)
4. Isti’ab Eksternal dan Internal
Isti’ab Eksternal adalah penguasaan terhadap orang-orang yg berada di luar dakwah, di luar pergerakan dan diluar organisasi. Atau orang-orang yg belum bergabung.
Isti’ab internal adalah penguasaan terhadap orang-orang yg berada di dalam organisasi, yakni mereka yg telah bergabung ke dalam Jama’ah dan pergerakan. Keberhasilan seorang da’i sangat terkait dengan kemampuan utk menguasai keduanya, krn tdk ada gunanya pengguasaan terhadap masyarakat di luar tanzhim (jamaah) tanpa dibarengi dengan penguasaan terhadap masyarakat yang ada dalam tanzhim.
ISTI’AB EKSTERNAL
Sesuai Al-Qur’an & Sunnah tuntutan yg harus dipenuhi para da’i dalam proses isti’ab dan recruitment diantaranya:
1. Kepahaman tentang agama
“Katakanlah:’adakah sama orang-orang yg mengethaui dengan orang-irang yg tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang yg berakalah yg dapat menerima pelajaran” (Az-Zumar : 9)
“Dan orang-orang yg diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yg diturunkan kepadamu dari Rabb-mu itulah yg benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Rabb Yang Maha perkasa lagi Maha Terpuji”. (Saba’ : 6)
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan agama itu, maka ikutilah syari’at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orangg yg tidak mengetahhui”. (Al-Jatsiyah : 28)
“Wahai manusia sesungguhnya ilmu hanya didapat dengan belajar, sedang pemahaman hanya akan didapat melalui pendalaman (tafaquh), dan barang siapa yg dikehendaki Allah baik maka akan diberi kepamahan dalam agama, sesungguhnya yg takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah ulama” (HR Bukhori)
“Apabila Allah menghendaki kebaikkan bagi seorang hamba maka Allah memberinya kepahaman tentang agama dan memberinya ilham kelurusan (HR Thabrani)
“Sesungguhnya perumpamaan para ulama di muka bumi adalah bagaikan bintang-bintang yg dijadikan petunjuk dalam kegelapan daratan dan lautan. Jika bintang-bintang itu padam, maka para penunjuk jalan akan tersesat” (HR Ahmad).
2. Teladan yg baik
Seorang da’i hrs menjadi teladan yang baik bagi masyarakat, agar ia memiliki pengaruh dalam masyarakat, shg mereka bisa direkrut. Krn pengaruh ucapan tidak seefektif pengaruh yg ditimbulkan oleh perbuatan, perbutan zhahir harus sesuai dgn apa yg ada di dalam hatinya.
“Hai orang-orang yg beriman, mengapa kamu mengatakan apa yg tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yg tiada kamu kerjakan” (Ash-Shaf: 2-3)
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, pdhal kamu membaca al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” (Al-Baqarah :44)
“perumpamaan orang yg mengajarkan kebaikan kpd org lain dan melupakan dirinya, bagaikan lilin yg menerangi manusia dan membakar dirinya sendiri.” (HR Thabrani)
3. Sabar
Kesabaran dibutuhkan krn manusia memiliki kondisi kejiwaan yg bermacam-macam, memiliki kelebihan dan kekurangan yg beragam, memiliki tabiat yg berbeda-beda, dan memiliki kepentingan yg berlainan.
“Dan mintalah pertolongan kpd Allah dengan sabar dan sholat. Dan sesungguhnya yg demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yg khusyu (Al-Baqarah:45)
QS. Thaha:130
QS. Al-Hajj:34-35
QS. Ali-’Imran:200
QS. Al-Baqarah:153, 155
QS. Az-Zumar:10
QS. As-Sajadah:24
“Tidak ada rezeki Allah yg lebih baik dan lebih luas bagi seorang hamba selain dari kesabaran.” (HR Hakim)
“Siapa yg berusaha utk bersabar maka Allah akan mengaruniai kesabaran, dan tidak ada karunia yg lebih baik dan lebih luas bagi seseorang selain dari kesabaran (HR. Bukhori -Muslim)
4. Lemah lembut
Dibutuhkan krn masyarakat membenci kekerasan dan menjauhi pelakunya.
QS. Ali-Imron : 134,159
QS. Fushshilat:34
QS. Al-Furqon:63
Rasulullah saw, bersabda “sesungguhnya Allah mencintai kelembutan dalam segala hal” (HR Bukhori-Muslim)
“Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelembutan, memberi kpd orang yg lemah lembut apa yg tidak diberikan kpd orang yg kasar dan juga apa yg tidak diberikan kpd yg lain.” (HR Muslim)
5. Memudahkan tidak mempersulit
Manusia memiliki karakter, kemampuan dan daya tahan yg berbeda-beda. Apa yg bisa dilakukan seseorang belum tentu bisa dilakukan oleh orang yg lain, krn itu Rasulullah saw bersabda:
“Mudahkanlah dan jangan mempersulit, senangkanlah mereka dan jangan membuat mereka lari.” (HR. Bukhori -Muslim)
“Berjalanlah dengan menenggang perjalanan yg paling lemah diantara kalian”
6. Tawadhu’ dan merendahkan sayap
Dai yg tawadhu bisa hidup dan bergaul dengan siapa saja, bisa menerima siapa saja, bisa berbicara kpd stp orang, menziarahi bahkan mencintai semua manusia. Dialah yg melayani masyarakat bukan masyarakat yg melayaninya.
“Tidak akan masuk surga seseorang yg dalam hatinya terdapat sedikit kesombongan.” (HR Muslim)
“Sesungguhnya orang yg paling aku cintai adalah orang yg paling baik akhlaknya, yg merendahkan sayap, yg mau menghimpun dan mau dihimpun..”. (HR Thabrani)
Fenomena kesombongan ini tampak dalam berbagai hal:
• Lebih senang bergaul dengan orang-orang kaya dan berpangkat drpd dengan org miskin/orang awam
• Lebih memperhatikan pakaian dan penampilam, dan suka meremehkan orang yg terlihat kumal.
• Memilih-milih audien.
• Lebih mementingkan ungkapan yg dibuat-buat
• Merasa takjub dgn ilmu yg dimiliki
7. Murah senyum dan perkataan yg baik
Wajah merupakan cermin yg merefleksikan kejiwaan. Jika wajah seseorang seram maka hal itu merupakan cerminan dari kekasarannya dan jika wajah seseorang berseri-seri dan murah senyum, maka ini adalah pertanda kebaikannya.
Mengenai ucapan yg baik ini banyak terdapat dlm nash-nash Al-Qur’an:
QS. Al-Isra’: 53
QS. Al-Baqarah:83, 263
QS. Al-Ahzab:70
QS. Al-Hajj:24
QS. An-Nahl:125
QS.Thaha:44
“Janganlah kalian memandang remeh kebaikkan sedikit pun, meski kebaikan itu hanya berupa wajah yg berseri ketika bertemu dengan saudara kalian”. (HR Muslim)
8. Dermawan dan berinfaq kpd orang lain
Kedermawanan dengan materi menunjukkan kelapangan jiwa, sebaliknya orang yg kikir menunjukkan kekerdilan jiwanya.
Seorang dai harus menggunakan hartanya sbg sarana agar masyarat yg didakwahi mendapat hidayah, misalnya dengan:
• Islam mewajibkan memuliakan tamu
• Memberi hadiah kpd orang lain termasuk akhlaq Islam yg dianjurkan Nabi saw.
• Berbagai perbuatan mulia yg diperintahkan Allah spt, berinfak kpd fakir miskin, menanggung anak yatim, memeperhatikan hak tetangga dsb yg bertentangan dengan kebakhilan.
Dalam Al-Qur’an dan hadits byk nash yg mengecam kebakhilan:
QS. Ali-’Imran:180,17
QS. Al-Hasyr:9
QS. Al-Isra:29,100
QS. Adz-Dzariyat:19
QS. An-Nisa:11
“Tidak ada sesuatu yg dapat menghapus keislaman seperti halnya kekikiran” (HR. Thabrani)
9. Melayani orang lain dan membantu keperluan mereka
Seorang dai wajib menerjemahkan pemikiran dan konsepnya dalam bentuk tindakan konkret, yaitu dengan turut merasakan problematika umat, dan berusaha semaksimal mungkin utk ikut menyelesaikannya.
“Barang siapa yang tidur tanpa peduli terhadap masalah kaum muslimin maka ia tidak termasuk golongan mereka”.
“Amalan yg paling utama adalah menyenangkan seorang mukmin, dengan cara memberi pakaian, makanan, minuman dan memenuhi kebutuhannya (HR Thabrani)
ISTI’AB INTERNAL
Isti’ab Dakhili (daya tampung internal) adalah kemempuan dan keahlian utk menampung objek dakwah yg telah berada ditengah-tengah shaf dakwah. Baik oleh para pemimpin maupun para anggotanya. Tujuannya untuk mendayagunakan potensi mereka dalam melaksanakan tugas-tugas dakwah dan pergerakan.
Tahapan-tahapannya:
I. Isti’ab ‘aqidi dan Tarbawi
• Dalam Tahap ini para kader harus dibersihkan dari berbagai problem masa lalu, meluruskan aqidah, perilaku, akhlaq, mengarahkan kecenderungan, menentukan, menjelaskan aras sasaran dan tujuan mereka.
• Isti’ab Tarbawi tidak boleh didikte oleh suatu fase atau situasi, tetapi mutlak diperlukan baik bagi para pemula ataupun para senior.
• Isti’ab Tarbawi harus memperhatika berbagai perkembangan kehidupan tahapan2x alami dan khusus yg dilalui oleh para individu.
• Isti’ab Tarbawi harus memenuhi semua bidang tarbiyah, baik pemikiran, spiritual dan kebutuhan fitrah manusia.
• Isti’ab Tarbawi harus terukur dan menggunakan parameter syari’at dengan mengambil semua ‘azimah (hukum asal)-nya dan berbagai keringananya bukan produk emosi dan keinginan pribadi semata
Aspek penting dan mendasar yang harus dimiliki dalam pembentukan pribadi muslim :
1. Sunnah Rasul dalam pembentukan pribadi muslim.
Rasulullah saw menggunakan metode yg unik sesuai dengan kesempurnaan manhaj Islam dan fitrah yg ditetapkan Allah SWT, memandang manusia apa adanyalayaknya manusia dengan memperhatikan kecenderungan dan kebutuhan manusia.
2. Beberapa kaidah asasi dalam Sunnah
• Memenangkan sisi positif atas sisi negative
• Memenangkan sikap proporsional atas sikap berlebih-lebihan
Dalam kaitannya dengan komitmen pribadi kpd Islam, sabda Rasulullah saw
“Ingatlah akan hancur orang yg berlebih-lebihan, akan hancur orang yg berlebih-lebihan” (HR Muslim, Abu Dawud dan Ahmad)
“Sesungguhnya agama ini sangatlah keras, maka masuklah kedalamnya dengan lembut (HR Ahmad)
Dalam kaitannya dengan dakwah dan menarik orang kpd Islam, terdapat nash-nash Al-Qur’an dan sabda Rasulullah:
QS. Ali-’Imran:159
QS. An Nahl:125
“Mudahkanlah dan jangan mempersulit, senangkanlah dan jangan membuat mereka lari”. (HR Bukhari-Muslim)
• Sedikit dan kontinyu lebih baik daripada banyak tapi terputus.
• Sunnah Rasul dan mendahulukan Prioritas dalam pembentukan
• Pembentukan melalui keteladanan
• Pembentukan yg menyeluruh dan tidak parsial
• Keshalihan lingkungan dan pengaruhnya dalam pembentukan
• Dampak Pahala dan hukuman dalam pembentukan
II. Isti’ab Haroki
Adalah kemampuan sebuah pergerakan dalam menampung para anggotanya, pendukungnya, simpatisannya dan juga kemampuan gerakan dan para anggotany dala m menampung berbagai persoalan, prinsip dan kaidah-kaidah pergerakan.
Permasalahan pokok yg berhubungan dengan isti’ab haroki:
1. Hal yg berkaitan dengan daya tampung gerakan terhadap para anggotanya
Syarat yg harus dipenuhi utk dpt menampung anggota:
• Proses tarbiyah yg matang,
• Tersedianya berbagai potensi dan kapabilitas serta faktor pendukung lainnya dalam sebuah pergerakan, misalnya manajerial yg handal, perencanaan yg matang, konsep yg jelas dalam pendidikan, pemikiran, politik dsb.
• Memahami semua anggotanya dengan benar, mengetahui potensi yg dimiliki, kecenderungan mereka,sisi positif dan negatifnya dll. Shg akan sgt membantu utk menentukan tugas dan tanggungjawab masing-masing individi dan menempatkan pada posisi yg tepat, shg akan membuahkan hasil yg memuaskan.
• Mengerahkan seluruh anggota dan bukan sebagian saja/hanya orang2x yg berprestasi saja krn bgmnpun akan pelipatgandakan hasil dan menghindari fitnah yg ditimbulkan oleh para penganggur/orang-orang yg tidak memiliki tugas dan peran dakwah.
2. Terkait dengan isti’ab haraki
Beberapa masalah penting yg terkait dengan pergerakan yg harus dikuasai oleh para da’i sbb:
• Pemahaman yg benar dan sempurna ttg sasaran dan sarana yg digunakan
• Memahami tanzhim dan tabiatnya dengan benar
• Pemahaman yg benar dan menyeluruh terhadap tabiat teman dan lawan berikut konsekuensinya
• Pemahaman yg baik tentang berbagai aspek, tabiat dan kebutuhan amal
• Menjauhi fenomena istiknaf (keengganan utk bergabung dalam masyarakat/instansi/berbagai organisasi yg ada.
0 komentar:
Posting Komentar