Sabtu, 29 Oktober 2011

Assalammu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatu,.

Dear calon suamiku..
apa kabarnya imanmu hari ini?
Sudahkah harimu ini diawali dengan syukur
karena dapat menatap kembali fananya hidup ini
sudahkah air wudhu
menyegarkan kembali ingatanmu
atas amanah yang saat ini tengah kau genggam

Wahai calon suamiku,.
taukah engkau betapa Alloh mencintaiku dengan dahsyat
disini aku ditempa untuk menjadi dewasa,
agar aku lebih bijak menyikapi sebuah kehidupan dan siap mendampingimu kelak,
meskipun kadang keluh dan putus asa menyergapi,
namun kini kurasakan diri ini lebih baik,

kadang aku bertanya-tanya,
mengapa Allah mengujiku tepat dihatiku.
bagian terapuh diriku.
namun kini aku tahu jawabannya

Alloh tahu dimana tempat yang paling tepat
agar aku senantiasa kembali mengingat-Nya.
kembali mencinta-Nya.
Ujian demi ujian InsyaAlloh membuatku menjadi lebih tangguh,
sehingga saat kelak kita bertemu,
kau bangga telah memiliki aku dihatimu..

Calon suamiku,
entah dimana dirimu sekarang
tapi aku yakin, Allohpun mencintamu sebagaimana Dia mencintaiku.
Aku yakin Dia kini telah melatihmu menjadi mujahid yang tangguh,
hingga aku bangga memilikimu kelak

apa yang kuharapkan darimu adalah keshalihan.
semoga sama halnya dengan dirimu
.
karena apabila kecantikan yang kau harapkan dariku,
hanya kesia-siaan yang akan kau dapati

aku masih haus akan ilmu,
tapi berbekal ilmu yang ada saat ini,
aku berharap dapat menjadi istri yang mendapat keridhaan Alloh dan dirimu,
Suamiku..

Sabtu, 15 Oktober 2011

PERAN BAHASA DAN SASTRA DALAM PEMBENTUKAN WATAK DAN KEPRIBADIAN YANG BERKUALITAS

Kepekaan 'rasa' dan 'emosi' sering dikaitkan erat dengan bahsa dan sastra, dan barangkali masalah ini perlu terus dipertahankan. Pengertian perasaan ini memang agak kabur dan bahkan mereka yang yakin akan adanya perasaan itu tetap tidak selalu dapat mengerti dengan jelas apa maksudnya. kita mengenal banyak sekali fenomena dalam kehidupan manusia yang yang erat hubungannya dengan proses berfikir rasional. akan tetapi banyak pula fenomena dalam kehidupan manusia yang berada di luar atau mengatasi jangkauan berfikir rasional itu dan menuntut semacam tanggapan emosional atau perasaan. perasaan memang sulit diterangkan dengan tepat apa sebenarnya. Meski perasaan itu bersumber pada naluri manusia, tetapi karena tradisi yang kompleks, perasaan manusia itu kemudian menunjuk pada hal-hal yang lebih khusus dalam setiap budaya.


Sehubungan dengan perasaan ini, barangkali dapat kita tegaskan di sini bahwa sastra dengan jelas dapat menghadirkan berbagai problem atau situasi yang merangsang tanggapan perasaan atau tanggapan emosional.situasi dan problem itu oleh sastrawanbdiungkapkan dengan cara-cara yangg memungkinkan kita tergerak untuk menjelajahi dan mengembangkan perasaan kita sesuai dengan kodrat kemanusiaan kita.


hendaknya tak perlu diragukan lagi bahwa bahasa dan sastra memang dapat digunakan sebagai sarana untuk menumbuhkan kesadaran pemahaman terhadap orang lain. Para pengarang modern telah banyak berusaha merangsang minat dan menumbuhkan rasa simpati kita terhadap masalah-masalah yang dihadapi orang-orang tertindas, gagal, kalah, dan putus asa.

seseorang yang berpendidikan tinggi dapat memiliki berbagai ketrampilan melewati seluruh rangkaian perkembangan pribadi dan menyerap berbagai pengetahuan, namun masih belum merasa puas atas dirinya dan belum merasa berguna penuh bagi sesamanya. 'Sesuatu yang lebih' yang biasanya dikenal sebagai ' kualitas kepribadian' perlu terus dikembangkan.

Bagaimanapun, pendidikan hanya dapat berusaha membina dan membentuk, tetapi tidak dapat menjamin secara mutlak bagaimana watak manusia yang dididiknya. Meski demikian, dalam nilai peran bahasa dan sastra dalam pendidikan ada dua tuntutan yang dapat diungka[pkan sehubungan dengan watak ini. Pertama, bahasa dan sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam. Bahasa dan sastra memiliki kemungkinan lebih banyak untuk mengantar kita mengenal seluruh rangkaian kemungkinan hidup manusia seperti misalnya: kebahagiaan, kebebasan, kesetiaan, kebanggaan diri sampai pada kelemahan, kekalahan, keputusasaan, kebencian, perceraian dan kematian. seseorang yang telah banyak mendalami berbagai karya bahasa dan sastra biasanya mempunyai perasaan yang lebih peka untuk menunjuk hal mana yang bernilai dan mana yang tak bernilai. Secara umum, lebih lanjut dia akan mampu menghadapi masalah-masalah hidupnya dengan pemahaman, wawasan, toleransi dan rasa simpati yang lebih mendalam. perlu digarisbawahi bahwa kedalaman itu merupakan satu kualitas yang dibutuhkan masyarakat berkembang dimanapun tanpa kecuali.

BAHASA DAN SASTRA DALAM MEWUJUDKAN BERKEMBANG BAIKNYA KARAKTER BANGSA YANG DINAMIS

Bahasa merupakan salah satu partikel fundamental yang memberikan kontribusi paling banyak. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa penyatu, yang menjembatani agar kami saling mengerti dan memahami.

Bahasa dan pembangunan bangsa memperlihatkan kesalingterkaitan yang sangat erat, sebagaimana yang dikilatkan melalui ungkapan "bahasa menunjukkan bangsa". Seberapa jauh tingkat dan intensitas saling keterkaitan itu berbanding sejajar dengan besarnya sumbangan yang diberikan bahasa terhadap pembangunan bangsa itu sendiri. Kesalingterkaitan itu akan diwarnai oleh peran bahasa, terutama dalam pembinaan jati diri dan sistem nilai yang bercorak nasional. Dalam konteks Indonesia, hal itu akan dengan sendirinya tercermin melalui kekuatan atau daya rekat yang dimiliki bahasa Indonesia untuk mempersatukan berbagai kelompok masyarakat dengan latar belakang etnis, budaya, dan bahasa yang berbeda menjadi kesatuan masyarakat yang lebih besar yang disebut bangsa Indonesia.

begitu pula dengan sastra. Apa itu sastra? Suatu pertanyaan yang sederhana, tetapi sulit menjawabnya. Sastra, untuk sebagian orang, tetap merupakan suatu misteri. Untuk membuat rumusan satra secara singkat dan jelas sungguh tidak mudah. Tetapi jika kita ingin mempelajari sastra perlu memikirkan apakah sastra itu sebenarnya. Sebab, dengan mengetahui hakikat sastra, kita akan dapat meyakinkan diri kita sendiri maupun orang lain,.

Bahasa, baik lisan maupun tulisan, merupakan bahan pokok sastra. Jika boleh kita katakan demikian, kiranya akan lebih tepat bila dikemukakan juga bahwa sastra mengandung kumpulan dan sejumlah bentuk bahasa yang khusus, yang digunakan dalam berbagai pola yang sistematis untuk menyampaikan segala perasaan dan pikiran.

Untuk memhami karya sastra dengan lebih mendalam, akan sangat menolong apabila kita mau memahami tiga dorongan yang mendasari kehidupan manusia yang menjadi pusat perhatian kegiatan penulisan sastra sejak awal zaman hingga sekarang yaitu yang bersifat religius, yang bersifat sosial dan personal. Dahulu, dorongan religius ini nampak jelas pada bentuk-bentuk doa dan pemujaan pada dewa-dewa yang sering disertai upacara ritual. Doa dan pemujaan itu dimaksudkan agar berkenan dan mendapatkan rahmat serta pertolongan dari yang dipuja. Kemudian pada abad-abad berikut dan tentu saja sampai sekarang, dorongan religius itu diungkapkan dalam bentuk kebaktian keagamaan berdasarkan inspirasi dari ajaran-ajaran yang berkembang dari agama-agama besar, yakni: Budha, Hindu, Kristen dan islam serta beberapa yang lain. Bahkan di dunia modern dengan masyarakatnya yang cenderung sekuler, nilai- nilai religius masih tetap nampak dalam karya sastra. Dengan kategori yang bagaimanapun, karya-karya itu tetap menunjukkan persepsi masnusia sebagai ‘ciptaan’, keterlibatannya, dan sikap serta pandangannya terhadap ciptaan itu.


Dorongan sosial erat hubungannya dengan tingkah laku dan hubungan antar individu dalam masyarakat serta antar individu dengan masyarakatnya. Tingkah laku serta hubungan itu sangat hakiki bagi manusia sebagai makhluk ciptaan yang tertinggi tingkatannya. Zaman dahulu, dorongan sosial itu menimbulkan berbagai karya berupa fable-fabel dan dongeng dongeng yang berisi ajaran moral. Bahkan sampai sekarang, dorongan sosial itu masih terus menimbulkan karya-karya yang memuat nilai-nilai etis dan problema-problema manusia modern.


Dorongan personal yang mengarah ke penjelajahan pribadi manusia dapat dilacak kembali lewat cerita-cerita kepahlawanan. Para leluhur kita mampu mengatur masyarakatnya, mendirikan lembaga-lembaga, memperjuangkan kemerdekaan, dan mengusir penindasan. Dengan proses perkembangan yang panjang cerita-cerita itu kemudian dituangkan ke dalam biografi dan otobiografi modern; novel-novel, drama-drama dan puisi-puisi yang mengemukakan tokoh baik tokoh jahat, dan orang kebanyakan baik pria maupun wanita.


Dapat ditunjukkan bahwa, sastra itu mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka pengajaran sastra harus kita pandang sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki tempat yang selayaknya. Jika pengajarang sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka pengajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit utnuk dipecahkan di dalam masyarakat.


Kita sering berusaha memikirkan tentang berbagai kebutuhan yang dapat dipenuhi dengan pendidikan di negara-negara berkembang. Topik topik semacam itu juga telah banyak ditulis dan dan dibicarakan oleh para ahli. Dari berbagai pendapat yang mereka ungkapkan, akhirnya dapat kita simpulkan dengan mudah bahwa masyarakat membutuhkan kesejahteraan dan kemajuan yang harus bertolak dari dua pengembangan yang khas, yakni-individu dan sosial. Masyarakat hanya dapat mencapai kesejahteraan dan kemajuan jika para anggotanya memiliki keterampilan, pengetahuan, dan kualitas-kualitas kepribadian yang diperlukan untuk mengatasi problema-problema dunia modern dewasa ini. Sedangkan individu-individu itu baru memanfaatkan sepenuhnya kualitas-kualitas yang dimiliki apabila masyarakat dimana dia tinggal dan bekerja mencerminkan adanya keharmonisan, efisiensi, dan fleksibelitas.

Jumat, 14 Oktober 2011

PERAN BAHASA DAN SATRA DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBENTUKAN KARAKTER KEPRIBADIAN GENERASI MUDA

seni sastra merupakan salah satu jenis kesenian yang paling marjinal/pinggiran pada lingkup perhatian hidup generasi muda Indonesia. dibandingkan dengan seni rupa, tari, musik, teater atau film, seni sastra yang paling kurang diperhatikan, dan semakin lama tampaknya semakin kurang diperhatikan, (bahkan) tidak saja oleh generasi muda, tetapi juga lebih menyeluruh dari itu.

seni sastra relatif tidak tercantum dalam daftar prioritas kebutuhan masyarakat. shampo, kuteks kuku, busi motor, atau obat penyemprot nyamuk jelas lebih dianggap penting dibandingkan karya sastra.

seni sastra terkategorikan sebagai sesuatu yang boleh tidak ada. sementara itu celana atau jam tangan tergolong harus ada. Bahkan, ada situasi dimana lokalisasi wanita tunasusila memperoleh kemerdekaan penuh untuk beroperasi. Sementara itu karya sastra sangat diragukan, baik secara politis maupun kultural, bahwa ia sebaiknya ada.

sebab musabab keterpinggiran sastra dalam kebudayaan masyarakat masa kini, antara lain : nilai-nilai yang dikembangkan oleh kultur pembangunan kita relatif tidak mengakomodasikan atau kurang menyediakan peluang-peluang bagi terapresiasikannya seni bahasa dan sastra oleh warga masyarakat umunya dan generasi muda khususnya.

pada sisi mana pun dari bangunan kebudayaan masyarakat yang sedang kita kerjakan seolah - olah tidak ada itikad untuk menumbuhkan tradisi apresiasi sastra. Ada sih ada, tetapi tidak begitu serius, dan pengerjaannya kurang sungguh-sungguh.

sebagaimana bidang dan kedisiplinan lain dalam kebudayaan masyarakat, seni sastra memiliki kemungkinan kontribusinya sendiri. Tradisi ilmu menanamkan kepada manusia disiplin untuk mengenali, memilih, meyakini, dan memelihara yang benar sebagai benar dan yang salah sebagai salah. Tradisi moral/etika/religi menumbuhkan pengetahuan, penghayatan, dan pemesraan terhadap nilai kebaikan.Adapun tradisi estetika, dimana sastra merupakan salah satu pemeran, sarana atau pemandunya menanamkan gagasan, taste, dan pendalaman tentang segala sesuatu yang indah, lembut dan mesra ke dalam kejiwaan manusia dan masyarakat.

estetika dan dengan demikian juga esensi dunia sastra seyogyianya merupakan salah satu acuan dan tolok ukur bagi segala dan setiap aktivitas manusia dan masyarakat.

seni sastra khususnya dan kesenian pada umumnya merupakan salah satu komponen peradaban umat manusia yang memiliki hak dan relevansi untuk dikerjasamakan dengan disiplin-disiplin hidup yang lain demi bangunnya suatu kebudayaan bangsa yang berkualitas dan manusiawi. Bahasa dan satra yang baik membiasakan orang yang mempergaulinya untuk memelihara kelembutan hati, kepekaan perasaan, ketajaman intuisi, kedalaman jiwa, kearifan sikap sosial, dan keluasan pandangan hidup. Sastra adalah salah satu jalan spiritual.