Sabtu, 15 Oktober 2011

BAHASA DAN SASTRA DALAM MEWUJUDKAN BERKEMBANG BAIKNYA KARAKTER BANGSA YANG DINAMIS

Bahasa merupakan salah satu partikel fundamental yang memberikan kontribusi paling banyak. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa penyatu, yang menjembatani agar kami saling mengerti dan memahami.

Bahasa dan pembangunan bangsa memperlihatkan kesalingterkaitan yang sangat erat, sebagaimana yang dikilatkan melalui ungkapan "bahasa menunjukkan bangsa". Seberapa jauh tingkat dan intensitas saling keterkaitan itu berbanding sejajar dengan besarnya sumbangan yang diberikan bahasa terhadap pembangunan bangsa itu sendiri. Kesalingterkaitan itu akan diwarnai oleh peran bahasa, terutama dalam pembinaan jati diri dan sistem nilai yang bercorak nasional. Dalam konteks Indonesia, hal itu akan dengan sendirinya tercermin melalui kekuatan atau daya rekat yang dimiliki bahasa Indonesia untuk mempersatukan berbagai kelompok masyarakat dengan latar belakang etnis, budaya, dan bahasa yang berbeda menjadi kesatuan masyarakat yang lebih besar yang disebut bangsa Indonesia.

begitu pula dengan sastra. Apa itu sastra? Suatu pertanyaan yang sederhana, tetapi sulit menjawabnya. Sastra, untuk sebagian orang, tetap merupakan suatu misteri. Untuk membuat rumusan satra secara singkat dan jelas sungguh tidak mudah. Tetapi jika kita ingin mempelajari sastra perlu memikirkan apakah sastra itu sebenarnya. Sebab, dengan mengetahui hakikat sastra, kita akan dapat meyakinkan diri kita sendiri maupun orang lain,.

Bahasa, baik lisan maupun tulisan, merupakan bahan pokok sastra. Jika boleh kita katakan demikian, kiranya akan lebih tepat bila dikemukakan juga bahwa sastra mengandung kumpulan dan sejumlah bentuk bahasa yang khusus, yang digunakan dalam berbagai pola yang sistematis untuk menyampaikan segala perasaan dan pikiran.

Untuk memhami karya sastra dengan lebih mendalam, akan sangat menolong apabila kita mau memahami tiga dorongan yang mendasari kehidupan manusia yang menjadi pusat perhatian kegiatan penulisan sastra sejak awal zaman hingga sekarang yaitu yang bersifat religius, yang bersifat sosial dan personal. Dahulu, dorongan religius ini nampak jelas pada bentuk-bentuk doa dan pemujaan pada dewa-dewa yang sering disertai upacara ritual. Doa dan pemujaan itu dimaksudkan agar berkenan dan mendapatkan rahmat serta pertolongan dari yang dipuja. Kemudian pada abad-abad berikut dan tentu saja sampai sekarang, dorongan religius itu diungkapkan dalam bentuk kebaktian keagamaan berdasarkan inspirasi dari ajaran-ajaran yang berkembang dari agama-agama besar, yakni: Budha, Hindu, Kristen dan islam serta beberapa yang lain. Bahkan di dunia modern dengan masyarakatnya yang cenderung sekuler, nilai- nilai religius masih tetap nampak dalam karya sastra. Dengan kategori yang bagaimanapun, karya-karya itu tetap menunjukkan persepsi masnusia sebagai ‘ciptaan’, keterlibatannya, dan sikap serta pandangannya terhadap ciptaan itu.


Dorongan sosial erat hubungannya dengan tingkah laku dan hubungan antar individu dalam masyarakat serta antar individu dengan masyarakatnya. Tingkah laku serta hubungan itu sangat hakiki bagi manusia sebagai makhluk ciptaan yang tertinggi tingkatannya. Zaman dahulu, dorongan sosial itu menimbulkan berbagai karya berupa fable-fabel dan dongeng dongeng yang berisi ajaran moral. Bahkan sampai sekarang, dorongan sosial itu masih terus menimbulkan karya-karya yang memuat nilai-nilai etis dan problema-problema manusia modern.


Dorongan personal yang mengarah ke penjelajahan pribadi manusia dapat dilacak kembali lewat cerita-cerita kepahlawanan. Para leluhur kita mampu mengatur masyarakatnya, mendirikan lembaga-lembaga, memperjuangkan kemerdekaan, dan mengusir penindasan. Dengan proses perkembangan yang panjang cerita-cerita itu kemudian dituangkan ke dalam biografi dan otobiografi modern; novel-novel, drama-drama dan puisi-puisi yang mengemukakan tokoh baik tokoh jahat, dan orang kebanyakan baik pria maupun wanita.


Dapat ditunjukkan bahwa, sastra itu mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka pengajaran sastra harus kita pandang sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki tempat yang selayaknya. Jika pengajarang sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka pengajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit utnuk dipecahkan di dalam masyarakat.


Kita sering berusaha memikirkan tentang berbagai kebutuhan yang dapat dipenuhi dengan pendidikan di negara-negara berkembang. Topik topik semacam itu juga telah banyak ditulis dan dan dibicarakan oleh para ahli. Dari berbagai pendapat yang mereka ungkapkan, akhirnya dapat kita simpulkan dengan mudah bahwa masyarakat membutuhkan kesejahteraan dan kemajuan yang harus bertolak dari dua pengembangan yang khas, yakni-individu dan sosial. Masyarakat hanya dapat mencapai kesejahteraan dan kemajuan jika para anggotanya memiliki keterampilan, pengetahuan, dan kualitas-kualitas kepribadian yang diperlukan untuk mengatasi problema-problema dunia modern dewasa ini. Sedangkan individu-individu itu baru memanfaatkan sepenuhnya kualitas-kualitas yang dimiliki apabila masyarakat dimana dia tinggal dan bekerja mencerminkan adanya keharmonisan, efisiensi, dan fleksibelitas.

0 komentar: