Selasa, 24 November 2009

HIDUP DI JERMAN

Jerman adalah bekas negara yang kalah perang dalam perang dunia kedua seperti halnya Jepang. Sebagai peringatan akan kekalahan dalam perang dunia tersebut, maka kota Berlin yang saat ini menjadi ibukota Republik Federasi Jerman dibagi menjadi dua bagian, sebelah timur dikuasai pihak Russia dengan sekutunya dan sebelah barat di kontrol oleh sekutu yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Inggris dan Perancis mendapatkan wilayah kekuasaan juga di wilayah Berlin Barat. Namun setelah mantan Kansler Helmut Kohl dan Gobarchev masing-masing selaku kepala pemerintahan Jerman Barat dan Russia mewakili Jerman Timur bergandengan tangan melakukan reunifikasi kota Berlin, maka sekarang kota Berlin menjadi satu. Hal ini juga menjadi tanda bersatunya negara Jerman menjadi satu kembali dengan ditandai runtuhnya tembok Berlin pada tahun 1995.

Walaupun kota Berlin serta negara-negara bagian lainnya hancur total akibat kekalahan perang, namun setelah melalui kerja keras dan didukung tehnologi yang telah dikuasai. Maka setelah setengah abad lebih berlalu Jerman seperti halnya Jepang berubah menjadi negara modern. Kemajuan yang dicapai ini ditandai dengan kemajuan dibidang tehnologinya, baik dalam dunia ilmu pengetahuan maupun dalam applikasi tehnologi itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Kemajuan Jerman ini menjadikan negara tersebut menjadi motor di bidang ekonomi dan tehnologi bagi negara tetangganya di wilayah eropa. Dan sebagai lambang puncak kemajuan negara-negara Eropa khususnya Jerman, maka bersatulah mereka dan membentuk Uni Eropa. Penyatuan ini akan mulai berlaku pada awal tahun depan, 1 Januari 2002 dengan diberlakukannya mata uang Euro untuk kehidupan sehari-hari.

Pada tahun 2002 merupakan saat yang sangat bersejarah bagi Jerman dan negara-negara Uni Eropa, karena pada tahun tersebut akan diberlakukan mata uang tunggal Euro di seluruh wilayah Uni Eropa. Hal ini tidak saja menarik bagi anggota negara Uni Eropa sendiri, namun juga bagi negara lainya baik yang bertetangga dekat maupun yang nun jauh seperti negara Republik Indonesia. Daya tarik tersebut meliputi di segala bidang yakni ekonomi, tehnologi, kunjungan wisata, dll.

Kemajuan di bidang tehnologi dan kemajuan bidang ekonomi dari Jerman ini menjadikan sebagian orang Indonesia sebagai tempat salah satu pilihan untuk menyekolahkan putra-putrinya. Pandangan ini wajar dan logis bagi kita semuanya. Karena negara yang maju dan modern seperti Jerman, Amerika, Jepang, Inggris, Perancis, dll akan diikuti pula dengan kemajuan dibidang pendidikannya, baik pendidikan dasar, menengah maupun tingkat perguruan tinggi. Walau demikian, dibandingkan dengan negara maju dan modern lainnya seperti Amerika, Inggris, Jepang, Australia, dll; Jerman masih ketinggalan dalam mengejar jumlah calon mahasiswa yang mau sekolah atau menuntut ilmu di negara produsen BMW ini. Amerika Serikat masih merupakan pilihan utama bagi calon mahasiswa dari Indonesia yang ingin sekolah ke luar negeri. Negara tujuan kedua adalah Australia, karena berdasarkan lokasi yang dekat dengan Indonesia serta biaya pendidikan dan hidup di Australia yang murah, maka sayang kalau dilupakan para calon mahasiswa Indonesia begitu saja. Hal ini juga tidak begitu saja terjadi dengan sendirinya. Namun hal itu dapat terjadi karena banyak informasi dari agen-agen swasta yang rajin menjajakan peluang sekolah ke negara tersebut. Setiap pergantian semester tidak jarang mereka melakukan pameran pendidikan di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, dll. Sehingga dampaknya luar biasa, banyak anak-anak muda usia sekolah yang memilih Amerika Serikat dan Australia sebagai negara tujuan sekolah ke luar negeri. Inggris adalah salah satu negara di wilayah eropa yang cukup agresif juga menjajakan informasi sekolah di negaranya.

Hal tersebut di atas tidak terjadi dengan Jerman. Maka pemasaran dibidang pendidikan, Jerman tertinggal dengan negara-negara maju lainnya. Walaupun di lihat dari peluang dan potensinya, Jerman menarik untuk ditawarkan ke anak-anak muda Indonesia. Sebagai contoh sekolah, mulai dari Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi untuk tingkat Doktor, semuanya serba gratis (baca: tidak dikenai uang kuliah atau uang gedung). Hal ini berbeda dengan negara lainnya yang menuntut bayaran uang semester atau kuliah yang cukup besar. Walau demikian toh masih banyak anak-anak muda dari Indonesia atau negara lainnya yang berbondong-bondong sekolah ke negara-negara tersebut.

Ketertinggalan Jerman dalam merayu atau menarik anak-anak muda usia sekolah di perguruan tinggi dari berbagai negara utama di Asia, dikarenakan tidak adanya sumber informasi yang cukup detail bagi calon mahasiswa tersebut. Informasi baik yang diberikan lewat pameran, seminar, pamflet, brosur, plakat, dll belum memadai diberikan atau dikirim oleh Jerman ke negara lain. Kalau pun ada sumber informasi baik dari pameran, seminar, plakat, dll. Namun isinya berdasarkan cara pandang orang Jerman terhadap mahasiswa asing yang mau sekolah ke Jerman. Sedikit sekali sumber informasi yang disebarkan berdasarkan cara pandang dari calon mahasiswa yang akan dan berminat sekolah ke Jerman. Sehingga informasi-informasi tersebut mengalami suatu kesenjangan. Baru pada akhir-akhir tahun ini menjelang berakhirnya abad 20-an, Jerman meningkatkan penyebaran informasi ke negara-negara potensial pengirim anak-anak mudanya sekolah ke Jerman, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Jepang, Cina, dll. Ini dilakukan melalui penyelenggaraan seminar dan pameran tunggal seperti pameran pendidikan INDOGERMAN di Jakarta.

Informasi-informasi yang berdasarkan cara pandang dari sisi calon mahasiswa yang akan sekolah ke Jerman itu mempunyai beberapa parameter, yakni:

* Berisi informasi tentang kualitas pendidikan di Jerman.
* Menyebutkan cara penyetaraan antara ijasah dari negara asal dengan negara Jerman.
* Berisi memberikan informasi bagaimana prosedur melamar Universitas atau perguruan tinggi lainnya di Jerman.
* Memberikan informasi perincian biaya hidup yang riil untuk kebutuhan sehari-hari pada taraf cukup (hidup sederhana).
* Menginformasikan bagaimana cara belajar bahasa dan berapa biayanya yang dibutuhkan serta dimana dapat mengikuti kursus bahasa tersebut.
* Menunjukkan persyaratan-persyaratan lainnya yang diperlukan untuk tinggal dan sekolah di Jerman, dll.

Apabila persyaratan tersebut di atas dapat diberikan secara rinci, maka akan memberikan dampak yang cukup signifikan dengan kenaikan jumlah calon mahasiswa yang berminat melanjutkan studinya ke Jerman.

1.2. Keistimewaan Jerman

Sebelum orang menentukan ingin sekolah ke Jerman, seharusnya sudah mengetahui apa yang menarik dan istimewa dari pendidikan di Jerman. Tanpa mengetahui ini dan hanya menuruti apa kata orang, maka hanya kekecewaanlah yang diperoleh nantinya. Untuk itu sebelum menentukan, carilah informasi sebanyak mungkin, keuntungan dan kerugian, enak tidaknya, bagaimana persyaratannya, dll.

Selain itu suatu hal yang penting lagi dalam hal mencari informasi adalah janganlah kita percaya akan satu sumber informasi saja, misal dari buku ini atau dari brosur-brosur yang ada di DAAD maupun yang ada di Kedubes Jerman sendiri. Karena kadang kalau yang tertulis di dalamnya kurang proporsional untuk kepentingan calon mahasiswa. Ada kalanya ada sesuatu yang masih tersembunyi dan belum diinformasikan. Sehingga bila banyak sumber informasi, maka akan diperoleh banyak pertimbangan dan dapat mengambil keputusan yang tepat. Tetapi jangan menjadi sebaliknya, karena banyak informasi maka menyulitkan menentukan suatu keputusan.

Oleh karena itu untuk membantu menambah penyediaan sumber informasi yang dibutuhkan, guna menentukan pengambilan keputusan untuk belajar di Jerman, dapat dipertimbangkan beberapa hal tersebut di bawah ini :

1. Biaya pendidikan gratis. Masalah biaya pendidikan sepertinya masih belum banyak orang yang tahu bahwa di Jerman orang sekolah dari Sekolah Dasar (Grundschule) hingga ke tingkat doktoral tidak dipungut biaya seperti membayar uang gedung, SPP, dll. Dengan kata lain, bahwa sekolah di Jerman adalah gratis. Kalaupun ada pungutuan itu berupa suatu iuran sosial (Sozialgebhür) di mana besarnya relatif kecil. Sebagai contoh, di universitas Bremen untuk semester musim panas 2001, penulis hanya membayar sebesar 164,60 DM.

Biaya ini sudah termasuk untuk membeli Semester Ticket. Oleh karena itu bila penulis tidak menginginkan semester tiket, maka hanya dikenakan biaya sebesar 80 DM saja. Kalaupun ada kenaikan iuran sosial ini, sebetulnya dikarenakan perubahan harga BBM yang berfluktuasi setiap tahunnya, dimana kecenderungan fluktuasinya naik. Sebagai contoh untuk iuran sosial semester musim dingin tahun 2001, penulis dikenakan kenaikan sehingga harus membayar sebesar 175,40 DM. Kalau tidak menggunakan semester tiket, maka tetap membayar 80 DM saja. Untuk Universitas dan Fachhochschule di lain kota mempunyai tarif tersendiri, walaupun semuanya masih termasuk relatif murah.


2. Kesempatan Promosi. Di Jerman, untuk seseorang yang ingin melanjutkan jenjang pendidikan setara S3 (Doktor) terdapat keistemawaan khusus, yakni bila di Indonesia telah lulus S1 (Sarjana strata satu), maka di Jerman ada kemungkinan untuk promosi langsung ke doktoran (tidak mesti melalui Diplom/Magister). Hal ini bisa terjadi kalau memenuhi persyaratan dengan melalui penyetaraan ijasah kita: Dengan cara ini seseorang bisa sedikit menyingkat waktu (biasanya temen-temen dari DAAD yang mengambil kursus bahasa Jerman di Goethe Institute Bremen, dimana bila masih S1, maka setelah berkenalan dengan Tim Pandu kebanyakan "merubah" haluan langsung dapat kesempatan promosi S3/Doktoran). Model promosi seperti ini belum banyak diketahui calon mahasiswa dari Indonesia.

0 komentar: