Kamis, 26 November 2009

SURAT CINTA UNTUK CALON SUAMIKU


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kepadamu, calon suamiku...

Apa kabarnya iman-mu hari ini? Sudahkah hari-mu diawali dengan syukur karena dapat menatap kembali fana-nya hidup ini? Sudahkah air wudhu menyegarkan kembali ingatanmu atas amanah yang saat ini tengah berada di pundakmu?


Wahai Calon suamiku...

Tahukah engkau betapa Allah SWT menyayangiku dengan amat sempurnanya? Disini, di istana penantian ini aku ditempa untuk menjadi dewasa dan siap mendampingimu kelak. Meski terkadang tempaan itu tidak kusyukuri, namun aku merasa menjadi lebih baik saat ini. Hatiku yang rapuh berkali-kali diuji agar menjadi tangguh. Sehingga kelak saat kita bertemu, kau akan bangga telah memiliki aku di hatimu.

Entah dimana dirimu sekarang. Tapi aku yakin, Allah pun juga amat mencintaimu, dan kini tengah melatihmu menjadi mujahid yang tangguh, hingga akupun bangga memilikimu kelak.

Sebuah kisah pernah kudengar:

"aku meminta pada Allah setangkai bunga yang indah. Dia memberi aku kaktus berduri. AKu minta pada Allah hewan mungil nan cantik. Dia beri aku ulat berbulu. Aku sempat kecewa, dan protes. Betapa tidak adilnya ini. Namun kemudian kaktus itu berbunga sangat indah sekali, dan ulatpun tumbuh dan berubah menjadi kupu-kupu yang teramat cantik. Itulah jalan Allah, Indah pada waktunya. Allah tidak memberi apa yang kita inginkan, tapi Allah memberi apa yang kita butuhkan."

Aku yakin, kaulah yang aku butuhkan untuk mendampingiku kelak, meski bukan seperti apa yang kuharapkan. Karena apa yang baik menurutku belum tentu baik disisi Allah, demikian pula sebaliknya, apa yang buruk menurutku belum tentu buruk disisi Allah. Bukankah seperti itu yang tertulis di dalam kitab Al-Quran?


Calon suamiku...

Aku ini pencemburu berat. TApi kalau Allah dan RAsulullah lebih kau cintai daripada aku, Insya Allah aku rela. Aku harap begitu pula dengan dirimu. Karena cemburunya seorang suami adalah bukti bahwa engkau begitu inginya melindungiku, menjaga kehormatanku.

Saat aku masih dalam asuhan ayah dan bunda, tidak lain doaku adalah ingin menjadi anak yang solehah, agar kelak di akhirat dapat menjadi bekal tabungan kedua orangtuaku. Namun nanti setelah menjadi isterimu, doaku bertambah, Semoga Allah menjadikanku pendamping (baca: Isteri) yang solehah, agar kelak di syurga kita dipertemukan dan cukup aku yang menjadi bidadarimu, mendampingi dirimu yang soleh.

Apa yang kuharapkan darimu adalah kesolehan, semoga sama halnya dengan dirimu. Karena apabila kecantikan yang kau harapkan dariku, hanya kesia-siaan yang kan kau dapati.

Wahai calon suamiku yang di rahmati Allah...

Aku masih haus akan ilmu. Namun berbekal ilmu yang kumiliki saat ini, aku berharap dapat menjadi isteri yang senantiasa mendapat keridhaan Allah dan dirimu.

ketika kelak telah lahir generasi penerus dakwah Islam dari pernikahan kita, bantu aku untuk bersama mendidik dan membesarkannya dengan harta yang halal, ilmu yang bermanfaat, dan terutama dengan menanamkan pada diri mereka ketaatan kepada Allah SWT.

Apabila suatu hari nanti hanya ada sebuah gubuk menjadi perahu pernikahan kita, Tak akan aku namai dengan "gubuk derita". Karena itulah markas dakwah kita, tempat kita nantinya mengatur strategi, mendidik mujahid/mujahidah kecil kita untuk menjadi tangguh.

Calon suamiku yang kurindukan...

Coretan ini hanyalah sebagian kecil dari isi hatiku. Kelak saat kita bertemu, siapkanlah dirimu untuk mendengar konsep masa depan yang ingin kurajut bersamamu. Pertemuan denganmu kelak adalah kejutan besar yang tengah Allah persiapkan untuk kita.

*dePita